Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menilik Proyek Smelter Nikel Harita Nickel (NCKL), INCO dan NICL

Sejumlah emiten pertambangan nikel seperti Harita Nickel, INCO, dan NICL tengah berlomba-lomba melakukan hilirisasi yang menjadi bahan baku baterai listrik.
Pekerja melakukan proses pemurnian nikel, Selasa (8/5/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Pekerja melakukan proses pemurnian nikel, Selasa (8/5/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Berbagai emiten pertambangan nikel di Tanah Air tengah berlomba-lomba untuk membangun smelter sebagai upaya untuk hilirisasi ekosistem nikel yang menjadi bahan baku baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV).

Mengacu laman resmi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI, hilirisasi nikel juga telah terbukti berkontribusi positif di sepanjang 2022 karena telah berkontribusi 2,17 persen terhadap total ekspor non migas.

Adapun, Indonesia memiliki jumlah cadangan nikel cukup besar, berdasarkan data US Geological Survey memperlihatkan bahwa cadangan nikel Indonesia menempati peringkat pertama yakni mencapai 21 juta ton atau setara dengan 22 persen cadangan global. Produksi nikel Indonesia juga menempati peringkat pertama yakni sebesar 1 juta ton, melebihi Filipina (370.000 ton) dan Rusia (250.000 ton).

Beberapa emiten nikel pun telah memiliki dan akan terus melakukan ekspansi fasilitas smelter nikel, berikut daftar lengkapnya:

Daftar Perusahaan Pemilik Smelter Nikel:

1. Harita Nickel/PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL)

Emiten pertambangan nikel, PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL) atau Harita Nickel milik konglomerat Lim Hariyanto bertekad untuk menjadi pionir di industri nikel dengan terus membangun fasilitas smelter nikel.

Berdasarkan laman resmi perseroan, Harita Nickel melalui unit usahanya PT Halmahera Persada Lygend (HPL) meresmikan operasi produksi nikel sulfat pertama di Indonesia sekaligus terbesar di dunia yang berlokasi di di Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara, pada Rabu, 31 Mei 2023.

Pabrik nikel sulfat tersebut memiliki kapasitas hingga hingga mencapai 240.000 metrik ton per tahun dengan kandungan logam nikel sebesar 54.000 ton per tahun yang ditargetkan dapat tercapai pada pertengahan kuartal kedua tahun ini.

Menilik laporan keuangan NCKL per kuartal I/2023, nilai investasi pada entitas asosiasi PT Halmahera Persada Lygend dalam pengolahan dan pemurnian nikel sebesar Rp6,57 triliun dan persentase kepemilikan 45,10 persen.

Harita Nickel juga memiliki smelter pertama melalui PT Megah Surya Pertiwi yang mengoperasikan empat lini produksi feronikel sejak 2015, dengan melakukan kegiatan hilirisasi pengolahan nikel kadar tinggi (saprolit).

2. PT Vale Indonesia Tbk. (INCO)

Emiten tambang nikel PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) juga tengah menggarap proyek smelter nikel yang terintegrasi dengan PT Bahodopi Nickel Smelting Indonesia. Lokasi pertambangan berada di Kecamatan Bungku Timur dan Bahodopi serta lokasi pabrik pengolahan yang berada di Kecamatan Bungku Pesisir, Morowali, Sulawesi Selatan.

Alokasi total biaya investasi INCO untuk proyek smelter tersebut mencapai Rp37,5 triliun dengan kapasitas produksi mencapai 73.000 ton per tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman
  1. 1
  2. 2
Penulis : Rizqi Rajendra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper