Bisnis.com, JAKARTA - Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) merevisi naik proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2023, namun mengingatkan bahwa perekonomian global sedang menghadapi tantangan untuk mencapai pertumbuhan yang kuat dan berkelanjutan.
Dalam laporannya yang dirilis Rabu (7/6/2023), OECD memperkirakan pertumbuhan global tetap lemah dibandingkan periode sebelum Covid-19. OECD memproyeksi pertumbuhan global 2023 sebesar 2,7 persen pada 2023.
Proyeksi ini naik dibandingkan proyeksi pertumbuhan dalam laporan sebelumnya pada Maret 2023 sebesar 2,6 persen. Adapun, OECD memperkirakan pertumbuhan tahun 2024 akan mencapai 2,9 persen pada 2024, masih jauh dibawah pertumbuhan rata-rata sebelum pandemi.
Untuk menghadapi tantangan ini, OECD mengatakan bahwa pembuat kebijakan perlu mengambil langkah tegas dalam kebijakan makro dan struktural. Menurutnya, permasalahan inflasi yang persisten, tingkat utang yang tinggi dan output potensial yang rendah perlu diatasi.
Selanjutnya, bank sentral perlu mempertahankan kebijakan yang ketat untuk menurunkan inflasi. Jika inflasi inti masih tinggi, maka perlu dilakukan kenaikan suku bunga tambahan.
Namun, pembuat kebijakan perlu waspada mengingat ketidakpastian seputar dampak pengetatan kebijakan moneter, setelah diperpanjangnya periode suku bunga rendah. Komunikasi menjadi kunci untuk menghindari kebingungan dalam mencapai stabilitas harga dan stabilitas keuangan.
Baca Juga
Selain itu, pilihan kebijakan fiskal lebih jelas namun sulit diimplementasikan karena sensitivitas politik yang terkait dengan efek redistribusi langsung.
Kebijakan fiskal sendiri berperan penting saat pandemi dan perang Rusia-Ukraina. Namun kini banyak negara yang menghadapi defisit anggaran, utang publik, tekanan pengeluaran terkait penuaan dan transisi ikim yang meningkat.
“Rancangan dukungan fiskal dapat difokuskan pada kelompok rentan dan investasi yang dapat mendorong produktivitas dan transisi ekonomi hijau,” ungkap OECD dalam laporannya.
Ekonomi pasar berkembang kini juga dihadapi berbagai tantangan seperti kondisi keuangan global yang ketat, keamanan rantai pasokan, ketegangan geopolitik dan perdagangan.
OECD berpendapat bahwa pada akhirnya, hanya reformasi kebijakan struktural yang ambisius meningkatkan pertumbuhan jangka panjang dan kualitas hidup masyarakat seluruh dunia.
Selain itu, investasi swasta dan publik juga diperlukan dalam modal manusia yakni memaksimalkan keterampilan dan kemampuan untuk memanfaatkan peluang dari transformasi teknologi. Investasi pendidikan dan keterampilan juga penting untuk meningkatkan produktivitas.
OECD juga mengatakan bahwa pembuat kebijakan perlu mengkalibrasi kebijakan moneter dan fiskal untuk membatasi inflasi dan membantu memangun penyangga fiskal tanpa mengurangi pertumbuhan secara berlebihan.
“Untuk mencapai tingkat pertumbuhan lebih tinggi dan berkelanjutan, diperlukan reformasi kebijakan struktural yang berani dan berpikiran maju, yang memungkinkan kita memanfaatkan peluang kemajuan teknologi yang cepat, pergeseran demografis dan transisi iklim” jelasnya.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi OECD ini lebih optimistis dibandingkan proyeksi dari Bank Dunia. Dalam laporan Global Economic Prospect (GEP) edisi Juni 2023, Bank Dunia memperkirakan ekonomi global tumbuh 2,1 persen pada 2023. Proyeksi ini lebih tinggi dari outlook dalam laporan sebelumnya yang hanya sebesar 1,7 persen.
Meskipun begitu, Bank Dunia memperkirakan prospek pertumbuhan ekonomi masih condong ke sisi negatif. Lembaga pinjaman global ini pun memangkas prospek pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2024 menjadi 2,4 persen dari 2,7 persen sebelumnya.