Bisnis.com, JAKARTA– Anak perusahaan holding BUMN sektor pupuk, PT Pupuk Kalimantan Timur tercatat menduduki posisi pertama teratas dunia di penilaian Environmental Social and Governance (ESG) Risk Rating untuk sektor agrokimia per Juni 2023.
Dengan raihan ini, Pupuk Kaltim mengalahkan 72 perusahaan sektor agrokimia di dunia. Menurut Direktur Utama Pupuk Kaltim Rahmad Pribadi, raihan ini salah satunya didukung oleh inisiatif ESG Pupuk Kaltim inilah yang kemudian juga sudah diakui banyak pihak lewat raihan penghargaan dan pengakuan baik di level nasional maupun global.
“Waktu itu di nomor tiga dari 40 sekian perusahaan di dunia yang dinilai. Nah, ini baru keluar rating baru yang dinilai bertambah, yaitu menjadi 73 perusahaan global dan skor kita tertinggi. Tidak hanya dalam skala kapasitas produksi kita besar, tapi pengelolaan ESG kita ini bagus,” tutur Rahmad dalam acara Bisnis Indonesia Green Economy Forum 2023, Rabu (7/6/2023).
ESG Risk Rating sendiri mengukur angka capaian PKT melalui dua faktor penilaian, yaitu dari Exposure dan Management. Exposure didefinisikan sebagai kerentanan perusahaan terhadap risiko ESG, dan Management merujuk pada aksi yang diambil oleh perusahaan untuk mengatasi masalah ESG.
Menurut Rahmat, dari hasil asesmen Lembaga ESG Rating Morningstar Sustainalytics, PKT mendapatkan skor 21,3 sehingga PKT dinilai memiliki risiko medium dalam mengalami dampak keuangan material dari faktor-faktor ESG.
“Bukti komitmen PKT untuk berkontribusi pada lingkungan hidup dikemas dalam upaya dekarbonisasi yang menargetkan penurunan emisi sebanyak 32 persen serta mendukung upaya Net Zero Emission pemerintah di 2060,” tambah Rahmat.
Baca Juga
Dalam hal ini, Rahmat menjelaskan, Pupuk Kaltim melakukan berbagai program seperti Tak hanya Community Forest, pembangunan pabrik soda ash dan mengutamakan pemanfaatan teknologi ramah lingkungan untuk percepatan dekarbonisasi.
“Misalnya, co-firing boiler batu bara dengan biomassa sawit yang ditargetkan pada 2030 bisa menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 59 ribu CO2 melalui substitusi dengan biomassa. Ada juga penggunaan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dengan target penurunan emisi sebanyak 9 ribu ton CO2 di 2030,” jelas Rahmat.
Di sisi lain, Rahmat menyebutkan perusahaan pelat merah yang digawanginya ini juga memperhatikan aspek sosial dengan melakukan pemberdayaan petani dan masyarakat sekitar.
“Saat ini kami sedang mengeksplorasi berbagai kemungkinan sumber bahan yang terbarukan dan berkelanjutan. Salah satunya lewat transformasi amonia yang kami proyeksikan menjadi growth engine kami yang terkini,” tuturnya.