Bisnis.com, JAKARTA – Tingkat inflasi Indonesia pada Mei 2023 tercatat sebesar 4,00 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), terendah sejak Juni 2022. Memunculkan optimisme jika suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) bisa turun lebih cepat.
Ekonom Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro mengatakan bahwa meski masih terjadi kenaikan harga sebagian bahan pangan, inflasi umum pada Mei 2023 tersebut telah berada di bawah perkiraan dalam 3 bulan beruntun, sebagian karena memang melemahnya permintaan.
Inflasi pada Mei 2023 pun menurutnya turun lebih cepat dari perkiraan. Sebelumnya, Satria memperkirakan inflasi baru akan mencapai tingkat 4 persen pada September 2023 karena base effect dari kenaikan harga BBM.
Dia mengatakan bahwa inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) yang terutama didorong oleh rendahnya inflasi inti mengindikasikan permintaan masyarakat yang melemah.
Hal ini juga terindikasi dari data inflasi April 2023, di mana terjadi penurunan harga pada komoditas sewa properti, mobil, air minum dalam kemasan, pakaian, alas kaki, dan upah asisten rumah tangga.
“Hal ini juga berarti bahwa harga-harga makanan yang melonjak akan segera kembali normal karena konsumen, yang memiliki daya beli terbatas, dengan cepat mencari alternatif makanan lain, sehingga akan menurunkan tingkat inflasi pada bulan-bulan mendatang,” katanya, Selasa (6/6/2023).
Baca Juga
Dengan perkembangan tersebut, Satria berpandangan bahwa laju inflasi yang sebelumnya mengalami penurunan secara struktural akan segera kembali ke tren penurunan jangka panjang.
Laju inflasi kata dia akan turun lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya, bahkan diperkirakan dapat mencapai ke level 2,7 hingga 2,8 persen secara tahunan seperti sebelum pandemi Covid-19.
Hal ini menurutnya akan memberikan ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk melonggarkan kebijakan moneter paling cepat pada tahun depan.
Pada kesempatan berbeda, Ekonom Bank Danamon Irman Faiz menyampaikan bahwa angka inflasi umum pada Mei 2023 lebih rendah dari ekspektasi pasar sebesar 4,2 persen secara tahunan dan telah kembali ke target batas atas BI lebih cepat dari yang diperkirakan.
Faiz memperkirakan, tingkat inflasi akan kembali turun dan mencapai 3,8 persen pada akhir 2023. Menurutnya, masih terdapat risiko peningkatan inflasi ke depan, terutama disebabkan oleh kenaikan harga minyak akibat pemangkasan produksi oleh OPEC+.
Di sisi lain, kenaikan laju inflasi ke depan juga akan tertahan oleh penurunan harga pangan global. “Base effects juga akan mempengaruhi laju inflasi pada semester II/2023,” katanya.
Adapun, dengan inflasi yang cukup terkendali ini, dia memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga acuan pada tingkat 5,75 persen sepanjang tahun ini.