Bisnis.com, JAKARTA – S&P Global melaporkan ekspansi sektor manufaktur Indonesia melambat pada Mei 2023. Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia tercatat turun ke level 50,3.
PMI manufaktur Indonesia Mei 2023 turun 2,4 poin dari bulan sebelumnya yang mencapai 52,7. Laju ekspansi Mei 2023 merupakan yang terendah sejak November 2022.
Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence Jingyi Pan menuturkan, pelambatan pertumbuhan sektor manufaktur Indonesia disebabkan oleh turunnya permintaan baru akibat kondisi ekonomi domestik dan global yang melambat.
"Sangat penting untuk memonitor seberapa tangguh penurunan permintaan terkini karena hal ini akan memengaruhi perkiraan pertumbuhan jangka pendek,” tutur Jingyi melalui siaran pers, Senin (5/6/2023).
Sebelumnya, variabel pesanan baru dalam pertumbuhan industri manufaktur tercatat mengalami pertumbuhan yang signifikan pada April 2023 lalu.
Di sisi lain, Jingyi menyebutkan penurunan permintaan berimbas pada penurunan tekanan biaya produksi yang ditanggung produsen sehingga inflasi pada harga jual juga terasa lebih rendah.
Baca Juga
"Kondisi permintaan yang lebih lemah menyebabkan tekanan harga bagi produsen Indonesia semakin berkurang, yang artinya inflasi harga jual yang lebih lunak di sektor produksi barang sehingga mencerminkan upaya Bank Indonesia dalam menurunkan tekanan inflasi melalui pengetatan kebijakan moneter," imbuhnya.
Permintaan yang menurun ini bukan hanya permintaan dari dalam negeri saja, permintaan asing juga berkurang, memperpanjang catatan penurunan permintaan pesanan baru menjadi 12 bulan berturut-turut.
Hal ini kemudian menyebabkan kepercayaan industri juga ikut terseret melemah bahkan menurutnya jauh di bawah rata-rata.
“Namun demikian, sangat mengkhawatirkan melihat bahwa sentimen bisnis tetap suram, dengan tingkat
kepercayaan semakin turun di bawah rata-rata pada bulan Mei, mencerminkan kekhawatiran yang masih ada terhadap perkiraan pada tahun yang akan datang," kata Jingyi.