Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pangan Nasional (Bapanas)/National Food Agency (NFA) optimis ketersediaan gula pada tahun ini aman dan terkendali.
Optimisme itu muncul seiring dengan telah dimulainya giling tebu dan peningkatan produksi di berbagai Pabrik Gula (PG) milik perusahaan pelat merah. Sementara itu, importasi gula pun lebih kecil dibanding tahun lalu.
Sekretaris NFA Sarwo Edhy dengan dimulainya masa giling secara serentak di pertengahan tahun ini, maka pasokan gula dalam negeri akan meningkat signifikan. Kondisi ini baik untuk menjaga stabilisasi pasokan dan harga gula nasional, khususnya memastikan ketersediaan Cadangan Gula Pemerintah.
"Kita menargetkan giling pada tahun ini menghasilkan produktivitas dan rendemen yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya, sehingga dapat meningkatkan stok gula nasional, memastikan Cadangan Gula Pemerintah di BUMN Pangan tersedia, dan mengurangi angka importasi gula pada tahun depan,” ujarnya saat meresmikan Pembukaan Giling di PG Jatitujuh, milik PT PG Rajawali II anak perusahaan ID Food, di Majalengka, Jawa Barat, lewat keterangan tertulis, Minggu (4/6/2023).
Berdasarkan Prognosa Pangan Nasional, rencana produksi gula konsumsi pada musim giling tahun ini sebesar 2,6 juta ton atau lebih tinggi dari produksi tahun 2022 sebanyak 2,4 juta ton sesuai data Kementerian Pertanian. Adapun kebutuhan gula nasional sebesar 3,4 juta ton dalam satu tahun. Menurut Sarwo, artinya masih dibutuhkan pengadaan dari luar untuk menutupi kekurangannya.
“Walaupun saat ini berdasarkan perbandingan produksi dan kebutuhan gula secara nasional kita masih membutuhkan pengadaan gula dari luar, akan tetapi bisa kita apresiasi dengan produksi yang lebih baik, tahun ini rencana pengadaan gula konsumsi dari luar lebih kecil dari tahun lalu. Tahun ini rencana pengadaan dari luar di bawah 1 juta ton, sementara tahun 2022 masih di atas 1 juta ton. Ini langkah awal yang baik untuk memperkuat industri gula nasional kita," ujarnya.
Baca Juga
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama ID Food Frans Marganda Tambunan mengungkapkan optimismenya bahwa musim giling tahun 2023 merupakan momentum kebangkitan industri gula nasional.
"Dari hasil kunjungan ke pabrik gula yang ada di bawah PG Rajawali II. Saya dapatkan progress positif, baik itu pertambahan lahan, kemudian PG Sindanglaut yang tiga tahun tutup beroperasi kembali menjalankan aktivitas giling. Kemudian kami juga mendapatkan update penggunaan mekanisasi dan pupuk limbah organik. Ini menguatkan harapan kita bahwa kebangkitan industri gula RNI dimulai dari Jawa Barat," ujar Frans.
Meningkatnya produksi tebu di wilayah Jawa Barat diakui oleh Direktur Utama PT PG Rajawali II Wahyu Sakti yang membawahi lima pabrik gula di Jawa Barat.
Menurutnya, dalam jangka waktu tiga tahun terakhir dari tahun 2021 hingga 2023 terjadi peningkatan produksi secara berturut-turut, dari 9 juta kuintal pada tahun 2021, 10,5 juta kuintal pada tahun 2022, dan meningkat lagi menjadi 11,5 juta kuintal pada tahun 2023.
"Setiap tahun PT PG Rajawali II mengalami kenaikan produksi. Hari ini kita siap mulai giling dengan total produksi tebu mencapai 5,6 juta kuintal dengan rendemen 7,5 persen," ujar Wahyu. Selain itu Wahyu juga mengatakan, pihaknya tengah mengembangkan Hak Guna Usaha (HGU) lahan hingga mencapai 60 hektare. Langkah tersebut untuk meningkatkan kapasitas dan produksi tebu di wilayah kerjanya.