Bisnis.com, JAKARTA – Goldman Sachs Group Inc berencana melakukan lebih banyak pemutusan hubungan kerja (PHK) menyusul lingkungan ekonomi yang sulit. Perusahaan juga memperkirakan pendapatan perdagangan turun 25 persen pada kuartal II/2023.
"Latar belakang makro sangat menantang," ungkap Presiden dan Chief Operating Officer Goldman John Waldron mengatakan kepada para investor dalam sebuah konferensi, seperti dilansir Reuters, Jumat (2/6/2023).
Sumber yang mengetahui rencana ini mengatakan Goldman akan memangkas kurang dari 250 karyawan dalam beberapa pekan ke depan. Pada bulan Januari, perusahaan melakukan PHK terhadap 3.200 karyawan, sekaligus pengurangan jumlah karyawan terbesar sejak krisis keuangan 2008.
Waldron mengatakan bahwa PHK terbaru ini akan membantu raksasa Wall Street ini mencapai target pengurangan beban penggajian sebesar US$600 juta yang ditetapkannya di bulan Februari.
Ia juga memperkirakan pendapatan pasar untuk ekuitas dan pendapatan tetap turun 25 persen di kuartal II/2023 dibandingkan dengan tahun sebelumnya ketika faktor-faktor makro, seperti kenaikan suku bunga dan perang di Ukraina, telah mendorong perdagangan pendapatan tetap dan komoditas.
Unit pasar global Goldman mencatat kenaikan pendapatan 32 persen pada kuartal II/2022. Adapun pendapatan pendapatan tetap, komoditas, dan perdagangan mata uang melonjak 55 persen, sedangkan pendapatan ekuitas naik 11 persen.
Baca Juga
"Jika Anda berpikir tentang perbankan dan pasar global, aktivitas pasar modal lebih lesu... Bisnis yang berorientasi pada pasar, ekuitas, dan pendapatan tetap, tingkat aktivitasnya lebih tidak bergairah," kata Waldron.
Komentar-komentar ini senada dengan komentar-komentar dari para pesaing di Wall Street. Co-presiden Morgan Stanley Andy Saperstein memperkirakan bahwa kinerja perdagangan akan sangat turun pada kuartal II/2023 dibandingkan tahun sebelumnya. “Perbankan investasi juga tertekan," ungkapnya.
Waldron juga mengatakan bahwa Goldman Sachs sedang menjalankan proses penjualan bisnis fintech GreenSky dan diperkirakan menelan biaya penurunan nilai atas goodwill senilai US$500 juta di bisnis ini.
"Karena pasar telah melemah, kami telah memantau apakah goodwill tersebut harus diturunkan nilainya dalam jangka waktu tertentu," katanya.