Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sri Mulyani Ungkap Dampak Utang ke PDB RI, Bandingkan dengan Negara Lain

Sri Mulyani menjelaskan efek dari kenaikan utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dan memberikan contoh di negara lain.
Menkeu Sri Mulyani membacakan Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal Tahun 2024 dalam rapat Paripurna DPR RI, Selasa (30/5/2023). Dok Kemenkeu RI
Menkeu Sri Mulyani membacakan Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal Tahun 2024 dalam rapat Paripurna DPR RI, Selasa (30/5/2023). Dok Kemenkeu RI

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membeberkan efektivitas dari lonjakan utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang periode 2018-2022.

Sri Mulyani menyampaikan bahwa dengan total kenaikan utang sebesar US$206,5 miliar pada periode 2018-2022, PDB nominal Indonesia juga berhasil ditingkatkan sebesar US$276,1 miliar.

“Untuk utang US$206,5 miliar, kita lihat Indonesia mampu menaikkan nominal PDB ke US$276,1 miliar,” katanya dalam rapat kerja bersama dengan Badan Anggaran DPR RI, Selasa (30/5/2023).

Sri Mulyani menjelaskan bahwa jika dibandingkan dengan negara lain, Vietnam juga termasuk negara yang berhasil menaikkan PDB nominal lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan utang. Vietnam mencatat kenaikan utang sebesar US$18,2 miliar dan menghasilkan kenaikan PDB hingga sebesar US$102,0 miliar.

“Vietnam juga termasuk yang cukup efektif. Mereka kenaikan PDB-nya naik sangat tinggi di US$102 miliar, ini karena kenaikan FDI [foreign direct investment], capital inflow, investment yang keluar dari China ke Vietnam lumayan besar,” jelasnya.

Sementara itu, Sri Mulyani mencontohkan beberapa negara yang kenaikan PDB-nya justru lebih rendah dari kenaikan utang. Malaysia misalnya, yang mencatatkan kenaikan utang sebesar US$69,5 miliar dengan kenaikan PDB tercatat lebih kecil sebesar US$48,9 miliar.

Demikian juga Thailand, dengan peningkatan utang sebesar US$86,1 miliar, PDB negara tersebut hanya meningkat sebesar US$29,6 miliar.

Selanjutnya, Sri Mulyani mencontohkan China, dengan kenaikan utang sebesar US$6,11 triliun, PDB yang meningkat yaitu sebesar US$4,25 triliun.

Dia menambahkan, jika dibandingkan nilai kenaikan utang dan PDB nominal, maka setiap US$1 utang pemerintah menghasilkan kenaikan PDB nominal sebesar US$1,34.

Angka tersebut memang masih lebih rendah jika dibandingkan dengan Vietnam, di mana setiap US$1 tambahan utang Vietnam menghasilkan tambahan US$5,01 pada PDB nominal.

“Vietnam juga bagus sekali karena PDB nominalnya meningkat karena iklim investasi dan kemampuan menarik investasi terutama yang keluar dari China,” katanya.

Sri Mulyani mengatakan Amerika Serikat (AS) bahkan kenaikan PDB nominalnya tidak mencapai US$1 per US$1 tambahan utang. Kenaikan utang AS pada periode 2018-2022 tercatat sebesar US$932,4 miliar, sementara kenaikan PDB negara itu hanya sebesar US$683,5 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper