Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Author

Jurry Hatammimi

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Telkom University

Lihat artikel saya lainnya

Opini: Prioritas Pelatihan Pelaku Usaha Industri Kreatif

Pelatihan UMKM biasanya diprioritaskan untuk pelaku industri kreatif untuk memvalidasi ide produk.
Pelaku usaha UMKM menyiapkan pesanan pembeli yang bertransaksi secara online. /Bisnis - M. Faisal Nur Ikhsan
Pelaku usaha UMKM menyiapkan pesanan pembeli yang bertransaksi secara online. /Bisnis - M. Faisal Nur Ikhsan

Bisnis.com, JAKARTA - Ekonomi kreatif menjadi salah satu sektor pembangunan unggulan Indonesia saat ini. Kontribusi ekonomi kreatif Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) menempati peringkat tiga besar dunia, di bawah Amerika Serikat dan Korea Selatan. Meskipun demikian, usaha-usaha untuk terus meningkatkan kinerja ekonomi kreatif tetap harus dilakukan, salah satunya dengan memberikan pelatihan bagi para pelaku industri kreatif.

Tercatat bahwa pelatihan yang banyak diikuti adalah pelatihan yang berhubungan dengan pemasaran, khususnya yang berkaitan dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dengan materi seperti pemasaran digital, penggunaan media sosial, dan pembuatan website. Namun apakah benar bahwa pelatihan seperti ini yang harus diprioritaskan kepada para pelaku industri kreatif?

Dalam sebuah forum diskusi dengan para pelaku industri kreatif, mereka menyebutkan kendala yang dihadapi terkait pemasaran produk. Media sosial dirasa sudah intensif digunakan sebagai sarana pemasaran, tetapi hasil penjualan masih belum seperti yang diharapkan. Mereka merasa sudah berupaya maksimal agar produknya dapat disukai dan dibeli oleh konsumen.

Mereka menyatakan bahwa kualitas produk sudah dijaga dengan ketat, harga selalu bersaing meskipun kadang harus mengikis margin keuntungan, dan promosi diluncurkan dengan memberikan gimmick diskon serta mengikuti program-program dari marketplace yang mereka ikuti seperti promo bebas ongkos kirim dan cash on delivery (COD). Terlihat sebetulnya mereka sudah menerapkan teori bauran pemasaran, tapi mengapa mereka masih mengeluhkan kesulitan mencapai target penjualan?

Hasil analisis menunjukkan bahwa dasar pertimbangan strategi pemasaran para pelaku industri kreatif baru berbasis asumsi mereka sendiri. Mereka hanya menyontoh strategi pemasaran jenis produk yang mirip dengan produk mereka, lalu kemudian memodifikasinya sesuai pemikiran pribadi. Ternyata strategi pemasaran yang mereka gunakan belum divalidasi sebelumnya kepada calon konsumen, khususnya ide produk.

Para pelaku usaha ini lupa bahwa apa yang diasumsikan oleh mereka bisa saja dan sangat mungkin berbeda dengan apa yang dirasakan oleh para konsumennya. Apakah betul produk yang ditawarkan adalah produk yang dibutuhkan oleh konsumen? Apakah konsumen mau membelanjakan sejumlah uang mereka untuk membeli produk yang ditawarkan oleh pelaku usaha? Yang terlupakan oleh para pelaku usaha ini adalah melakukan riset pasar.

Riset pasar ini seharusnya dilakukan sejak sebelum membuat produk. Jika pelaku usaha ingin produknya laku di pasaran, mereka harus berprinsip memberikan solusi atau menyelesaikan masalah calon konsumen dengan produknya. Produk yang akan dibuat harus dapat memberikan nilai lebih kepada calon konsumennya nanti. Pelaku usaha tidak boleh membuat suatu produk semata hanya karena bisa membuat produk tersebut.

Riset pasar untuk memvalidasi ide produk dapat dilakukan secara sederhana dengan menggunakan sebuah metode bernama Value Proposition Design yang diciptakan oleh Alex Osterwalder. Metode ini berfungsi untuk menetapkan profil pelanggan dan memetakan nilai yang akan diterima oleh pelanggan tersebut.

Metode ini hanya membutuhkan satu halaman kertas saja yang diberi nama Value Proposition Canvas. Langkah pertama untuk membuat Value Proposition Canvas adalah dengan menetapkan profil calon pelanggan dari produk. Di dalam menetapkan profil pelanggan, ada tiga sub bagian yang harus dicari datanya.

Pertama adalah customer jobs, yaitu mendeskripsikan apa yang dilakukan oleh pelanggan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi atau memenuhi kebutuhannya di bidang yang memiliki kaitan dengan ide produk pelaku usaha. Kedua adalah customer gains, yaitu menjelaskan apa yang ingin diraih atau manfaat konkrit yang dicari oleh pelanggan yang ada kaitannya dengan ide produk.

Ketiga adalah customer pains, yaitu menjelaskan hal buruk, risiko, dan hambatan yang dirasakan oleh pelanggan yang ada kaitannya dengan ide produk. Setelah membuat profil pelanggan, langkah selanjutnya adalah membuat pemetaan nilai.

Langkah kedua ini dibuat sebagai respon terhadap bagian profil pelanggan. Pada pemetaan nilai, terdapat tiga sub-bagian juga yang harus dianalisis.

Pertama adalah gain creators, sub bagian ini menuliskan manfaat yang akan ditawarkan oleh produk sebagai jawaban atas poin-poin kebutuhan yang ingin diraih calon konsumen yang sebelumnya sudah tertulis pada customer gains di profil pelanggan.

Kedua adalah pain relievers, sub bagian ini menuliskan penawar yang akan diberikan oleh produk untuk menghilangkan kesulitan/masalah yang dialami calon konsumen sebagaimana tertulis pada customer pains di profil pelanggan.

Ketiga adalah product and services, sub bagian ini menuliskan ide produk/jasa yang akan diciptakan oleh pelaku setelah mempertimbangkan keberadaan manfaat pada gain creators dan penawar masalah pada pain relievers. Berhasilnya pelaku usaha merespon gains dan pains calon konsumen adalah indikator bahwa ide produk telah tervalidasi dengan baik.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sebaiknya pelatihan yang lebih diprioritaskan untuk pelaku industri kreatif adalah pelatihan memvalidasi ide produk. Pelatihan validasi ide produk ini juga cocok diberikan kepada calon pelaku industri kreatif yang akan memulai usahanya.

Saat mengikuti pelatihan validasi ide produk, pelaku usaha dapat memastikan bahwa produk yang dibuat adalah produk yang benar-benar dibutuhkan oleh konsumen yang akan berdampak signifikan terhadap pencapaian target penjualan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper