Bisnis.com, JAKARTA - Pengembang rumah non-subsidi atau komersil tengah melakukan penyesuaian harga rumah seiring dengan pulihnya pasar properti pascapandemi.
Menurut laporan Bank Indonesia, Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) kuartal I/2023 mengalami kenaikan sebesar 1,79 persen year-on-year (yoy). Namun, pertumbuhan harga properti ini masih lebih rendah dari kuartal sebelumnya sebesar 2 persen yoy.
Wakil Ketuan Umum DPP Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI), Bambang Ekajaya, mengatakan penyesuaian harga properti residensial dilakukan seiring dengan pulihnya makroekonomi.
"Untuk properti non-subsidi secara umum sudah mulai membaik. Dengan menurunnya Covid-19, bisnis yang mulai bergeliat maka harga-harga properti cenderung melakukan 'penyesuaian' setelah praktis hampir 3 tahun berdarah-darah," kata Bambang kepada Bisnis, Jumat (19/5/2023).
Meski terjadi kenaikan, Bambang menjelaskan bahwa harga properti saat ini masih belum tumbuh signifikan ke level pra-prandemi. Adapun, penyesuaian harga yang dimaksud yakni harga normal setelah terkontraksi selama pandemi.
Sebagai informasi, sepanjang pandemi Covid-19, gairah pasar properti menurun. Namun, pemerintah memberikan insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) yang telah berakhir pada September 2022 lalu.
Baca Juga
Terlebih, Bank Indonesia pun memperpanjang kebijakan pelonggaran down payment atau DP Nol Persen untuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dinilai belum dapat mendorong penjualan properti.
Adapun, pelonggaran rasio loan to value (LTV) dan financing to value (FTV) untuk KPR dan pembiayaan properti tersebut akan diperpanjang hingga 31 Desember 2023.
"Secara keseluruhan tentu harga belum pulih seperti waktu normal sebelum Covid-19. Bantuan pemerintah dan Bank Indonesia memberikan insentif PPN DTP dan LTV 0 persen cukup membuat properti mulai bergerak," ujarnya.
Sementara itu, penjualan properti residensial turun 8,26 persen yoy pada triwulan I 2023, padahal penjualan triwulan sebelumnya tumbuh positif sebesar 4,54 persen yoy.
Penurunan penjualan properti residensial di pasar primer mulai terlihat pada kuartal IV/2022, di mana properti residensial tumbuh 4,54 persen, sebelumnya penjualan properti berada di angka 13,58 persen yoy pada triwulan III 2022.
Di sisi lain, pertumbuhan IHPR mengalami perlambatan dari kuartal sebelumnya. Hal ini relatif sejalan dengan laju inflasi bahan bangunan yang juga melambat.
Inflasi tahunan Indeks Harga Konsumen (IHK) untuk subkelompok pemeliharaan, perbaikan, dan keamanan tempat tinggal/perumahan pada Maret 2023 sebesar 3,21 persen yoy, melambat dibandingkan inflasi Desember 2022 sebesar 3,46 persen yoy.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI), Panangian Simungkalit, menilai pemicu penurunan penjualan residensial di awal tahun ini bukan karena peningkatan harga rumah.
"Tidak juga, kenaikan penjualan rumah pascapandemi sudah dimulai tahun lalu. Ini terlihat dari kenaikan tingkat pertumbuhan penyaluran KPR sebesar 7,9 persen. Saya perkirakan akan terus meningkat pada tahun ini mendekati 9-10 persen," kata Panangian.
Untuk diketahui, fasilitas KPR masih menjadi pilihan utama dalam pembelian properti residensial dengan pangsa sebesar 74,83 persen dari total pembiayaan pada kuartal pertama 2023.
Menurutnya, penurunan penjualan terjadi dipengaruhi oleh turunnya minat beli di tipe properti tertentu. Terlebih, penjualan di kuartal pertama seringkali menurun dan umumnya kenaikan penjualan terjadi di semester 2.