Bisnis.com, JAKARTA – Lembaga Pengelola Investasi atau Indonesia Investment Authority (INA), yang didirikan pada akhir 2020 lalu, mencatatkan total aset hampir Rp100 triliun atau tepatnya Rp99,85 triliun pada akhir 2022.
Berdasarkan laporan keuangan Sovereign Wealth Fund Indonesia (SWF) yang diterima Bisnis pada Senin (15/5/2023), jumlah total aset tersebut meningkat sebesar 26,4 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), dari posisi aset pada 2021 sebesar Rp79,22 triliun.
Investasi INA yang ditempatkan dalam instrumen obligasi pada akhir 2022 tercatat sebesar Rp14,44 triliun, turun tipis jika dibandingkan dengan akhir 2021 sebesar Rp14,79 triliun.
Sementara itu, investasi yang ditempatkan di instrumen ekuitas tercatat melonjak signifikan pada 2022. Investasi INA dalam instrumen ekuitas di subholding tercatat mencapai Rp10,83 triliun, naik drastis dari Rp3,24 triliun pada 2021.
Investasi dalam instrumen ekuitas di aset keuangan lainnya juga tercatat meningkat menjadi sebesar Rp64,21 triliun atau tumbuh 31,52 persen dari Rp48,82 triliun pada 2021.
Laba bersih tahun berjalan yang diperoleh INA pun meningkat drastis, dari Rp231,24 miliar pada 2021 menjadi Rp2,62 triliun pada 2022. Pada 2022, INA mencatatkan beban operasional sebesar Rp439,74 miliar, juga meningkat dari periode 2021 yang mencapai Rp276,47 miliar.
Baca Juga
Sebagaimana diketahui, modal awal INA ditetapkan sebesar Rp75 triliun berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 74/2020.
Penyetoran modal awal INA berupa dana tunai yaitu sebesar Rp15 triliun dilakukan pada Februari 2021. Pemenuhan modal INA selanjutnya dilakukan secara bertahap, yaitu sebesar Rp15 triliun pada 2021.
Kemudian, penambahan modal disetorkan dalam bentuk pengalihan saham seri B milik Pemerintah Indonesia pada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. senilai Rp44,99 triliun.