Bisnis.com, JAKARTA - Upaya untuk menghadapi kehadiran global China semakin terlihat dalam pertemuan menteri keuangan G7 di Niigata, Jepang, yang merupakan pertemuan pertama dalam 14 tahun terakhir.
Mengutip dari pemberitaan Reuters (15/5/2023), para analis memperkirakan bahwa pertemuan dengan Brasil, Komoro, India, Indonesia, Singapura, dan Korea Selatan terutama membahas masalah seperti hutang dan investasi infrastruktur tingkat tinggi, sebagai tanggapan tidak langsung terhadap inisiatif Belt and Road China.
"Yang terjadi di G7 mencerminkan perubahan dalam tatanan global setelah hilangnya dominasi Amerika Serikat," kata ekonom di UBS Securities, Masamichi Adachi, mengutip dari Reuters.
China merupakan salah satu pasar terbesar bagi sebagian besar negara anggota G7, terutama bagi ekonomi yang bergantung pada ekspor seperti Jepang dan Jerman. Ekspor ke China menyumbang 22 persen dari total pengiriman Jepang.
Tuan rumah G7, Jepang, berusaha meyakinkan rekan-rekannya untuk meluncurkan program baru akhir tahun ini untuk mendiversifikasi rantai pasokan barang-barang penting secara strategis dari China.
Namun di sisi lain, komunike penutup para menteri keuangan tidak menyebutkan ide yang diajukan oleh Amerika Serikat tentang pembatasan investasi yang sempit terhadap China, yang dapat menimbulkan perselisihan di antara anggota G7 mengenai sejauh mana mereka harus mendesak Beijing.
Baca Juga
Seorang pejabat kementerian keuangan Jepang yang hadir dalam pertemuan tersebut, mengatakan bahwa gagasan tersebut dibahas dalam pertemuan, namun tidak memberikan penjelasan lebih lanjut.
Para analis mengatakan bahwa Jepang dan Amerika Serikat (AS) ingin mencoba memenangkan negara-negara termasuk di antara negara-negara di Global South, dengan janji investasi langsung asing dan bantuan.
Namun, mereka tidak menyebutkan China melainkan investasi asing dalam infrastruktur kritis yang dianggap menimbulkan risiko terhadap kedaulatan ekonomi. Dan tidak boleh mengganggu kedaulatan ekonomi negara tuan rumah.
Sebelumnya, Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan bahwa pemberian pinjaman oleh China membuat negara-negara berkembang terjebak dalam utang.
Yellen kemudian mengatakan bahwa Washington sedang berusaha untuk melawan pengaruh China, di lembaga-lembaga internasional dalam pemberian pinjaman.
Selain itu, pejabat kementerian keuangan Jepang juga mengatakan bahwa ada pembicaraan mengenai pemaksaan dalam pertemuan menteri keuangan G7 tersebut.
Menurut laporan Reuters, KTT G7 kemungkinan besar akan mengadakan sesi khusus tentang China untuk membahas pemaksaan ekonomi China terhadap negara-negara lain.
Di lain sisi, kepala ekonom di Institut Penelitian Ekonomi Itochu, Atsushi Takeda menjelaskan bahwa tidak peduli seberapa kuat G7, tidak akan mudah untuk mengendalikan Global South.
"Ekonomi negara-negara yang sedang berkembang ini tidak akan berpihak pada Barat atau China, sambil dengan hati-hati mempertimbangkan apa yang akan menjadi kepentingan terbaik bagi mereka." Jelasnya, mengutip dari Reuters.