Bisnis.com, JAKARTA - Labuan Bajo menjadi perbicangan publik pascalibur Lebaran Presiden Jokowi dan keluarga di sana seusai Lebaran. Kehadiran Presiden di Labuan Bajo sekaligus untuk melakukan pengecekan persiapan KTT Asean ke-42 yang akan digelar selama 3 hari mulai hari ini, 9—11 Mei 2023.
Tema Asean pada periode keketuaan Indonesia yakni “Asean Matters: the Epicentrum of Growth”, secara simbolis dipilih Labuan Bajo sebagai tempat Asean Summit. Lebih dari 1.100 kamar yang tersedia di lebih dari 20 hotel serta resor di Labuan Bajo siap menerima kedatangan para kepala negara Asean dan delegasi, serta tamu dalam negeri.
Acara internasional bergengsi itu cukup strategis bagi positioning pariwisata Labuan Bajo sebagai destinasi MICE (meeting, incentive, conference, exhibition) berskala internasional yang memiliki keindahan panorama alam serta infrastruktur modern dan lengkap.
Hal ini merupakan perwujudan program pembangunan pemerintah Indonesia dengan menetapkan lima destinasi super prioritas melalui Peraturan Presiden No. 18/2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), yaitu Toba, Likupang, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo.
Dari lima destinasi super prioritas tersebut, tiga ditetapkan sebagai kawasan wisata terpadu berbadan otorita (Borobudur, Labuan Bajo, Toba) dan dua ditetapkan sebagai kawasan ekonomi khusus (Likupang dan Mandalika).
Dalam RPJMN tersebut, pemerintah menargetkan pada 2024 kontribusi sektor pariwisata dalam PDB meningkat menjadi 5,5%, devisa dari sektor pariwisata menjadi US$30 miliar, serta jumlah wisatawan nusantara 350 juta—400 juta perjalanan dan wisatawan mancanegara 22,3 juta kunjungan. Selain infrastruktur, amenitas, promosi, pemerintah fokus pada pengembangan MICE di 5 destinasi super prioritas.
Momentum KTT Asean tidak hanya mendatangkan berkah bagi masyarakat Labuan Bajo, kabupaten Manggarai Barat, maupun Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tetapi juga menjadi sarana untuk menghadirkan kesejahteraan umum, terutama bagi masyarakat lokal. Desain penetapan lima destinasi super prioritas membawa konsekuensi tidak hanya pembangunan infrastruktur yang masif, tetapi juga pertumbuhan kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan masyarakat lokal.
Kita mengharapkan Labuan Bajo dengan keindahan panorama alam yang terbentang di antara pulau-pulau dan lautan, alam bawah laut yang mempesona, serta eksistensi Taman Nasional Komodo, akan menjadi destinasi wisata yang berkelanjutan. Labuan Bajo terjaga kelestarian alam dan budaya lokal, serta tercipta kesejahteraan bagi masyarakat lokal.
Keberhasilan Labuan Bajo menjadi destinasi wisata yang berkelanjutan, akan menjadi role model bagi destinasi lain di Nusantara yang juga memiliki keindahan alam. Sebut misalnya, pulau Mentawai, merupakan destinasi wisata yang terkenal sebagai lokasi selancar kelas dunia.
Selain itu, Gunung Merapi dan Bromo yang merupkan objek wisata yang memiliki daya tarik pendakian gunung api yang teraktif di dunia.
Mentawai dan Merapi merupakan destinasi yang banyak diminati wisatawan minat khusus atau special interest. Justru di ranah special interest inilah kepariwisataan Indonesia mengandalkan masa depannya. Atau dengan kata lain, keunggulan kompetitif baru pariwisata Indonesia terletak dalam sektor ini.
Pengayaan destinasi wisata Indonesia sebagian besar terkait dengan nature tourism, sebagaimana ada di Labuan Bajo. Maka, penetapan Labuan Bajo sebagai destinasi super premium yang dirintis sejak awal 2020 sekiranya dalam kerangka mendukung terciptanya pariwisata berkelanjutan.
Potensi wisatawan premium dari mancanegara pernah disampaikan oleh Presdir PT Visa Worldwide Indonesia, Ellyana Fuad. Kalangan profesional dan pebisnis muda dari empat negara menjadi wisatawan potensial ke Indonesia dalam beberapa tahun mendatang dengan pengeluaran sedikitnya US$1.500 per kunjungan. Mereka adalah pecinta kegiatan luar ruang, wisata kuliner, spa dan olahraga air.
Hal ini terungkap dalam Global Tourism Intentions Survey yang diadakan Visa untuk ke enam kalinya dengan melibatkan 11.620 responden dari 23 negara. Empat negara asal calon wisatawan yang dimaksud berasal dari Singapura, Malaysia, Taiwan dan Australia.
Hal menarik dari temuan survei ini adalah usia calon wisatawan rata-rata 34 tahun, memilih tinggal di hotel bintang tiga-empat, rata-rata memiliki lama tinggal 9 malam. Mereka lebih menyukai perjalanan bersama pasangan dan merencanakan tempat yang patut dikunjungi dengan pilihan sendiri. Mereka bersedia membayar lebih untuk makanan lezat, daerah kunjungan eksotis dan kesempatan menikmati budaya baru.
Karakteristik minat pasar wisatawan mancanegara kelas premium ini senada dengan prioritas kinerja Kemenparekraf.
Dalam konteks ini, Kemenparekraf telah merumuskan empat genre wisata yang tumbuh pascapandemi, disingkat menjadi NEWA (nature, eco, wellness, adventure tourism). Keempat produk wisata ini berbasiskan pada kreativitas mengelola alam untuk memenuhi kebutuhan wisatawan dengan pola perjalanan dalam skala kecil dan keluarga, yang mencari destinasi wisata yang aman, nyaman dan menyehatkan jiwa raga.