Bisnis.com, JAKARTA – Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan menyampaikan momen Ramadan dan Idulfitri mendorong penguatan PMI manufaktur dan terus ekspansif di level 52,7 pada April 2023.
Kepala BKF Febrio Kacaribu mengatakan permintaan dalam negeri yang tinggi di momen tersebut membuat sektor manufaktur Indonesia mengalami ekspansi dalam 20 bulan berturut-turut, yang ditandai dengan permintaan dalam negeri yang tinggi.
“Penguatan aktivitas produksi tercermin pada pembelian barang input untuk memenuhi permintaan tersebut. Peningkatan produksi juga ditandai dengan pembukaan lapangan kerja yang turut meningkat,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (3/5/2023).
Namun demikian, Febrio melihat seiring dengan perlambatan ekonomi global, permintaan ekspor diindikasikan masih akan dalam level moderat.
Di sisi lain, Sejalan dengan PMI Indonesia, PMI Manufaktur negara-negara Asean seperti Thailand dan Myanmar juga tercatat meningkat di bulan April yaitu masing-masing di level 60,4 dan 57,4.
Meski lebih rendah dari Thailand dan Myanmar, PMI Indonesia lebih tinggi dari PMI Jepang dan Malaysia di level 49,5 dan 48,8 yang masih berada dalam zona kontraksi.
Baca Juga
Secara keseluruhan, sentimen bisnis pada sektor manufaktur tetap menunjukkan optimisme yang kuat dan tertinggi sejak November 2022.
Produsen memandang prospek pertumbuhan jangka pendek masih relatif baik untuk mendorong output produksi mereka di masa depan.
“Dengan optimisme ini, perkembangan pertumbuhan permintaan yang berkelanjutan perlu dijaga untuk menopang pertumbuhan ekonomi dan memberikan bantalan yang kuat dalam menghadapi risiko gejolak ekonomi global,” kata Febrio.
Sebelumnya, PMI manufaktur Indonesia menguat ke level 51,9 pada Maret 2023 setelah melambat pada Februari 2023 di level 51,2.