Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang Turki, Lira, melonjak tinggi dalam satu tahun pada penutupan perdagangan Jumat (28/3/2023) setelah bank sentral Turki mengubah aturan perdagangan emas dalam upaya terbaru untuk mendukung nilai mata uang.
Lira naik sebanyak 1,7 persen menjadi 19,9450 per dolar di Grand Bazaar Istanbul sebelum memangkas keuntungan, mempersempit kesenjangan dengan nilai tukar antar bank resmi, yang sedikit berubah pada hari itu di 19,4512.
Dilansir dari Bloomberg pada Minggu (30/4/2023), Pasar kuno ini telah menjadi pusat perdagangan yang penting dan titik referensi untuk mata uang Turki karena pihak berwenang secara bertahap memperketat cengkeraman mereka terhadap nilai tukar resmi.
Apresiasi di pasar pada hari Jumat membawa selisih atas nilai tukar resmi lira menjadi di bawah 3 persen setelah melonjak menjadi lebih dari 5 persen minggu lalu.
Kenaikan ini terjadi setelah bank sentral mengatakan lira dapat digunakan untuk membeli emas, sebuah langkah yang dirancang untuk mengurangi tekanan pada mata uang di pasar. Sebelumnya, para pedagang emas di sana hanya dapat membeli logam mulia ini dengan dollar.
"Bank sentral sekarang mengijinkan pembelian emas dengan lira, yang mendukung mata uang ini. Namun, saya rasa tren ini tidak akan bertahan lama dan saya memperkirakan dolar akan menguat minggu depan." ujar analis emas dan mata uang, Mehmet Ali Yildirimturk.
Baca Juga
Menurutnya, perusahaan-perusahaan yang menjual dolar untuk melakukan pembayaran pajak akhir bulan dalam lira juga berkontribusi pada kenaikan mata uang lokal pada hari Jumat.
Adapun, permintaan emas di Turki telah melonjak karena masyarakat mencari perlindungan dari inflasi dan potensi kerugian mata uang menjelang pemilihan presiden yang penting bulan depan.
Turki menangguhkan impor logam mulia ini pada Februari setelah mereka menjadi beban pada keuangan eksternal, berkontribusi pada pelebaran defisit transaksi berjalan.
Sejak saat itu, bank sentral mulai menjual cadangan emasnya untuk memenuhi permintaan lokal. Menurut data resmi, cadangan emas bank ini telah turun sekitar 9 persen dalam tujuh minggu terakhir.
Kepala produk di Medley Global Advisors di New York, Nick Stadtmiller, menilai menerima lira untuk emasnya akan menguras total cadangan devisa bank sentral, tetapi tidak mengurangi kapasitasnya untuk mengintervensi pasar mata uang menggunakan dolar.
"Tampaknya bank sentral putus asa untuk mencegah devaluasi lebih lanjut menjelang pemilu. Namun, setelah itu mereka harus memperketat kontrol modal secara signifikan atau membiarkan lira melemah." tutur Nick.