Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mata Uang Lira Terjun Bebas, Investor Turki Borong Stablecoin Tether

Pembelian stablecoin Tether (USDT) di Turki melonjak sejak awal Mei menjelang pemilihan umum (Pemilu) Turki dan masih tetap tinggi hingga saat ini.
Logo stablecoin Tether/Bloomberg
Logo stablecoin Tether/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Warga Turki berbondong membeli aset kripto terutama stablecoin untuk melindungi aset mereka dari mata uang lira yang kian anjlok.

Dilansir Bloomberg pada Sabtu (10/6/2023), pembelian stablecoin Tether (USDT) melonjak sejak awal Mei menjelang pemilihan umum (Pemilu) Turki. Permintaan ini masih tinggi sejak kemenangan Presiden Recep Tayyip Erdogan yang membuat mata uang lira anjlok.

Menurut data dari CoinMarketCap, pangsa volume perdagangan Tether di BTCTurk, salah satu bursa kripto terbesar di Turki, mencapai 20 persen dibandingkan dengan 1 persen di Binance. Kondisi ini menandakan permintaan stablecoin di pasar Turki sangat kuat.

Batuhan Basoglu, seorang desainer grafis berusia 28 tahun, melakukan trading kripto di Binance dan menaruh semua tabungannya ke dalam stablecoin dan mata uang kripto lainnya.

"Tepat sebelum Pemilu, saya merasakan dorongan untuk menukar lira Turki saya ke dolar AS karena ketidakpastian seputar masa depan mata uang tersebut. Untuk melindungi diri saya dari risiko ini, saya membeli Tether," kata Basoglu.

Dan ketika lira semakin merosot, alih-alih menukarkan token Tether tersebut kembali ke lira, Basoglu malah membeli stablecoin.

Meskipun aset kripto terus dilanda sentimen negatif dan harga token-token terbesar anjlok, nasib mata uang lira bernasib lebih buruk dengan mencapai level terendah sepanjang masa dalam beberapa hari terakhir.

Lira telah merosot 11 persen terhadap dolar AS dalam seminggu terakhir karena bank sentral telah menarik diri dari intervensi untuk menopang mata uang tersebut setelah Pemilu.

Sejak Pemilu sebelumnya pada tahun 2018, lira telah kehilangan 80 persen nilainya karena Erdogan menerapkan kebijakan ekonomi yang tidak lazim, termasuk upaya untuk mengendalikan inflasi hingga dengan pemangkasan suku bunga.

Dalam kondisi ini, aset kripto seperti stablecoin Tether yang memiliki underlying dolar AS dianggap semakin menarik karena dianggap dapat mempertahankan nilai tukar yang konsisten dengan dolar AS.

Menurut penyedia data aset digital Kaiko, transaksi Lira menyumbang 10 persen dari total volume perdagangan mata uang kripto per hari pada awal Juni, setelah mencapai puncaknya pada 18 persen pada bulan Mei. Angka ini melonjak dibandingkan dengan 4 persen pada awal 2023.

Seorang dosen universitas di Istanbul Ebru Güven mengatakan bahwa peraturan telah menyulitkan untuk membeli dolar atau emas dengan lira. Hal ini menjadi satu-satunya motivasi orang untuk membeli aset digital seperti stablecoin.

"Berinvestasi dalam stablecoin memungkinkan orang untuk mempertahankan nilai kekayaan mereka, ini adalah salah satu cara untuk mempertahankan nilai saat inflasi tinggi," kata Güven.

Analis Kaiko Dessislava Aubert mengatakan meskipun secara historis volume masih rendah, permintaan stablecoin di pasar Turki tetap kuat.

“Volume perdagangan Tether di pasar lokal Turki mencapai level tertinggi sejak 2020 pada bulan Mei,” kata Aubert.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper