Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Konsumen inti (IHK) atau inflasi Tokyo dilaporkan menguat, dimana harga konsumen yang tidak termasuk makanan segar naik 3,5 persen pada April 2023 (year-on-year/yoy), meningkat dari 2,3 persen di bulan sebelumnya.
Dikutip dari Bloomberg pada Jumat (28/4/2023), IHK di Tokyo dilaporkan diluar dari perkiraan para ekonom. Para ekonom sebelumnya memperkirakan bahwa IHK Tokyo berada di 2,3 persen, sama seperti bulan sebelumnya yakni pada Maret 2023. Sebagai catatan, inflasi di Tokyo adalah indikator utama dari kecenderungan nasional.
Meskipun langkah-langkah stimulus pemerintah telah mengendalikan utilitas, hasil dari hari Jumat masih menunjukan inflasi tetap tinggi. Angka kunci (key metric) tersebut telah berada di atas target harga Bank of Japan (BOJ) sebesar 2 persen selama 11 bulan di Tokyo.
Inflasi yang tidak termasuk makanan segar dan ergi sendiri terus meningkat. Hal ini menimbulkan kekhawatiran banka bank mungkin salah menilai kekuatan kenaikan harga yang mendasar.
Gubernur BOJ Kazuo Ueda sebelumnya mengatakan dalam sidang parlemen pada Senin (24/4/2023) bahwa inflasi diperkirakan akan menurun di bawah 2 persen dalam tahun fiskal 2023.
Mengutip dari Bloomberg (28/4/2023), Pengamat BOJ secara luas memperkirakan Ueda yang sebelumnya berprofesi sebagai akademisi, tidak akan membuat perubahan besar pada pertemuan pertamanya, dan suku bunga serta pengaturan pembelian aset akan tetap tidak berubah.
Baca Juga
Proyeksi harga BOJ untuk tahun-tahun mendatang menjadi fokus utama bagi pengamat pasar. Salah satu hal yang menarik perhatian adalah proyeksi indeks harga konsumen bank sentral untuk tahun fiskal 2025 yang akan dirilis untuk pertama kalinya.
Lebih detail mengenai Inflasi Tokyo
Ekonom Bloomberg Chang Shu mengatakan bahwa inflasi sebagian besar disebabkan oleh biaya yang tinggi.
"Inflasi di atas target 2 persen BOJ belum mampu memicu spiral kenaikan upah-harga. Salah satu alasan inflasi sebagian besar disebabkan oleh biaya yang tinggi, bukan permintaan. Pendapatan riil turun 2,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya pada bulan Februari, karena upah tidak mampu mengimbangi harga," Ucapnya.
Kemudian dari data yang terpisah, kondisi pasar tenaga kerja terus melemah pada bulan Maret, dengan tingkat pengangguran naik menjadi 2,8 persen. Rasio pekerjaan pelamar juga turun menjadi 1,32 atau artinya terdapat 132 pekerjaan yang ditawarkan untuk setiap 100 pelamar.
Selanjutnya, diketahui bahwa harga-harga yang tidak termasuk dampak dari energi dan makanan segar mencapai 3,8 persen pada bulan April, tertinggi sejak tahun 1982. Padahal, harga energi telah ditekan oleh paket stimulus Perdana Menteri Fumio Kishida. Namun, kebutuhan sehari-harinya terus mengalami kenaikan biaya.
Kemudian, produksi industri Jepang mengalami kenaikan selama dua bulan berturut-turut pada bulan Maret, naik 0,8 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Penjualan eceran juga mengalami peningkatan sebesar 0,6 persen pada bulan Maret, mencatatkan empat bulan berturut-turut mengalami pertumbuhan. Pengeluaran yang kuat ini sebagian besar didorong dari permintaan luar negeri.
Jumlah turis asing juga melonjak menjadi sekitar 1,8 juta, hampir 30 kali lipat lebih tinggi dari angka tahun lalu, seiring musim bunga sakura dan dilanjutkan seiring beroperasinya kapal pesiar.