Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Keuangan mencatat penerimaan negara dari kepabeanan dan cukai pada Maret 2023 turun 8,93 persen year-on-year (yoy), akibat penerimaan cukai dan bea keluar yang kompak turun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan dalam tiga tahun terakhir setelah bea cukai selalu positif, per Maret 2023 kepabeanan dan cukai turun, namun masih dikategorikan baik di angka Rp72,24 triliun.
“Penyebabnya terutama di bea keluar yang mengalami penurunan karena adanya harga CPO [crude palm oil] yang menurun,” ungkapnya dalam APBN Kita, Senin (17/4/2/023).
Bukan hanya karena susutnya harga CPO saja, Sri Mulyani juga mencatat penurunan bea keluar secara akumulatif hingga 71,66 persen, akibat turunnya volume ekspor komoditas mineral.
Saat ini komoditas-komoditas tersebut karena dilakukan hilirisasi atau diporses terlebih dahulu di dalam negeri.
“Jadi tidak diekspor raw material,” tambahnya.
Baca Juga
Secara rinci, bea keluar hingga Maret 2023, negara hanya menerima sebesar Rp3,03 triliun. Jauh dari penerimaan dengan periode yang sama di tahun lalu yang mencapai Rp10,7 triliun.
Untuk bea keluar produk sawit turun 72,5 persen, meskipun secara volume ekspornya mengalmai kenaikan atau tumbuh 29,8 persen (yoy).
Harga referensi CPO pada Maret 2023 berada di level US$911/mt, naik dibandingkan harga Februari 2023 (US$880/mt), namun lebih rendah dari Maret 2022 sempat mencapai US$1.432/mt.
“Kenaikan dari volume ekspor tidak bisa mengimbangi harga CPO yang turun sangat tajam,” ujarnya.
Bukan hanya CPO, bea keluar tembaga juga anjlok 69,84 persen (yoy) yang dipengaurhi oleh turunnya volume ekspor dan harga konsentrat. Hal serupa juga terjadi pada BK bauksit yang ditampilakn dengan angka berwarna merah, minus 71,14 persen.
Selain itu, penerimaan negara dari cukai secara akumulatif pada 2023 juga turun tipis sebesar 0,72 persen yang disebabkan adanya perpindahan dari rokok golongan ketiga yang mengalami kenaikan, sedangkan golongan satu dan dua justru menurun.
Di sisi lain, hanya bea masuk yang menunjukkan penerimaan positif, tumbuh 8,84 persen secara akumulatif sepanjang 2023, namun turun sebear 1,66 persen secara bulanan.
“Peningkatan bea masuk didorong pelemahan kurs rupiah dan komoditas utama yang masih tumbuh meskipun kinerja impor sudah mulai menurun,” ujar Sri Mulyani.
Negara telah mengumpulkan Rp12,3 triliun dari bea masuk, utamanya dari kendaraan roda empat, suku cadang, mesin tambang dan bahan plastik.
“Ini adalah impor yang membayar BM, industri manufaktur mengalami kenaikan cukup terjaga,” paparnya.
Secara total, realisasi pendapatan negara pada Maret 2023 mencapai Rp647,2 triliun, 26,3 persen dari target APBN 2023 atau tumbuh sebesar 29,0 persen (yoy).