Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Alasan IMF Pangkas Proyeksi Ekonomi Global 2023 Jadi 2,8 Persen

Asumsi dasar penurunan outlook pertumbuhan global ini adalah gejolak keuangan yang signifikan dan kinerja negara perekonomian utama yang lemah.
Kepala Ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas dalam paparan World Economic Outlook Januari 2023./YouTube-IMF
Kepala Ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas dalam paparan World Economic Outlook Januari 2023./YouTube-IMF

Bisnis.com, JAKARTA - Dana Moneter Internasional (IMF) meramal pertumbuhan ekonomi global hanya tumbuh 2,8 persen pada 2023 menyusul tekanan dari gejolak sektor finansial.

Berdasarkan laporan World Economic Outlook (WEO) terbaru yang dirilis pada Selasa (11/4/2023), proyeksi IMF tersebut turun dari pertumbuhan eknomi global sebesar 3,4 persen pada 2022. 

“Perkiraan awal, pertumbuhan ekonomi global turun dari 3,4 persen pada tahun 2022 menjadi 2,8 persen pada 2023. Ekonomi global akan mencapai 3,0 persen pada 2024,” tulis IMF dalam laporan WEO 2023. 

IMF memperingatkan bahwa kerentanan sistem keuangan dapat memicu krisis baru dan merusak pertumbuhan global tahun ini, namun IMF tetap mendorong negara anggota untuk tetap ketat dalam kebijakan moneter untuk melawan inflasi masih tetap tinggi. 

Hal ini lantaran kekuatan ekonomi dan pasar yang bertentangan, menyulitkan dalam kebijakan dikarenakan pertumbuhan yang melambat akibat kenaikan suku bunga bank sentral yang cepat. 

Alasan IMF Memangkas Perkiraannya

Berdasarkan laporan WEO 2023, perkiraan awal pertumbuhan ekonomi global turun menjadi 2,8 persen di tahun ini. Hal ini berbeda dengan pertumbuhan ekonomi global di tahun sebelumnya yakni sebesar 3,4 persen. 

Kemudian, IMF juga mengatakan bahwa pada tahun 2024 pertumbuhan ekonomi global akan mencapai 3 persen. 

Asumsi dasar IMF menurunkan perkiraan pertumbuhan global tahun ini adalah adanya gejolak keuangan yang signifikan,  terutama setelah kegagalan bank-bank di AS seperti Silicon Valley Bank (SVB), Signature Bank, dan penjualan paksa Credit Suisse. 

Kemudian, penurunan tersebut juga mencerminkan kinerja yang lemah di negara-negara dengan ekonomi besar. Contohnya, seperti negara Jepang, Jerman, India dan Brasil, yang mengimbangi kinerja ekonomi yang lebih kuat di AS dan kontraksi di Inggris. 

IMF kemudian juga menyebutkan ekspektasi kondisi keuangan tahun ini menjadi lebih ketat. 

Kemudian, prediksi IMF didominasi oleh risiko tekanan ke bawah terhadap perekonomian, termasuk kenaikan inflasi, eskalasi perang di Ukraina, dan skenario buruk lain yang dapat memicu penarikan pemberian pinjaman, pengeluaran rumah tangga, dan perpindahan ke aset-aset safe haven.

Meskipun memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi, IMF tetap mendorong negara-negara untuk berupaya menekan inflasi. 

Dalam laporan Stabilitas Keuangan Global, IMF memperingatkan mengenai kombinasi kerentanan yang berbahaya di pasar keuangan. 

IMF kemudian juga mengatakan bahwa beberapa negara anggota tidak mempersiapkan diri dengan cukup baik dalam menangani dampak kenaikan suku bunga. 

Direktur Departemen Pasar Modal dan Moneter IMF Tobias Adrian juga mengatakan bahwa risiko serupa meningkat pesat setelah kekacauan dalam sistem keuangan global bulan lalu.

"Meskipun Anda berpikir bahwa secara rata-rata, bank-bank memiliki banyak modal dan likuiditas, bisa saja ada institusi yang lemah yang kemudian memengaruhi sistem secara keseluruhan," ucap Andrian dikutip dari Reuters (12/4/2023). 

Meskipun ada peringatan tersebut, ekonom utama IMF Pierre-Olivier Gourinchas mengatakan bahwa inflasi masih merupakan masalah yang lebih besar dan stabilitas harga harus menjadi prioritas utama daripada risiko stabilitas keuangan untuk kebijakan moneter bank sentral. 

Kemudian, dalam konferensi pers tersebut, Gourinchas mengatakan bahwa hanya dalam keadaan krisis keuangan yang sangat parah prioritas tersebut harus dibalik. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper