Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News Bisnisindonesia.id: Pantang Mundur Nikel RI dan Moleknya Perbankan Asia

Pantang mundurnya nikel Indonesia menghadapi kebijakan AS menjadi salah satu ulasan pilihan dalam Top 5 News Bisnisindonesia.id edisi Selasa (11/4/2023).
Pekerja melakukan proses pemurnian dari nikel menjadi feronikel di fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) Pomalaa milik PT Aneka Tambang (ANTAM) Tbk, di Kolaka, Sulawesi Tenggara, Selasa (8/5/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Pekerja melakukan proses pemurnian dari nikel menjadi feronikel di fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) Pomalaa milik PT Aneka Tambang (ANTAM) Tbk, di Kolaka, Sulawesi Tenggara, Selasa (8/5/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis, JAKARTA - Rencana Pemerintah Amerika Serikat yang akan menerbitkan pedoman kredit pajak bagi produsen baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di bawah Undang-Undang Penurunan Inflasi (Inflation Reduction Act/IRA) tidak menyurutkan keinginan Indonesia untuk membawa komoditas mineral kritis itu ke kancah global.

Keinginan Indonesia ini menjadi salah satu ulasan pilihan yang dirangkum dalam Top 5 News Bisnisindonesia.id edisi Selasa (11/4/2023). Selain itu, sejumlah berita menarik lainnya turut tersaji seperti keberlanjutan proyek IKN, optimisme emiten PIPA, moleknya pasar Asia hingga siasat Mal naiknya tingkat kunjungan. Berikut berita selengkapnya:

1. Pantang Mundur Indonesia Membawa Nikel EV RI ke Kancah Global

Kendati baterai EV yang mengandung komponen sumber Indonesia dikhawatirkan tetap tidak memenuhi syarat untuk kredit pajak IRA secara penuh karena Indonesia belum memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan AS dan dominasi perusahaan China dalam industri nikel, pemerintah tak tinggal diam.

Pemerintah bahkan langsung mengajukan proposal perjanjian perdagangan bebas terbatas atau limited free trade agreement (FTA) dengan Pemerintah Negeri Paman Sam itu. Harapannya, perjanjian dagang itu dapat membuat Indonesia tetap kompetitif sebagai negara tujuan investasi baterai hingga komponen kendaraan listrik selepas AS mengeluarkan kebijakan IRA tersebut pada pertengahan tahun lalu.

Melalui UU tersebut, AS menyiapkan subsidi hijau bagi mineral yang digunakan untuk mendukung ekosistem kendaraan listrik termasuk teknologi energi bersih, yakni sebesar US$370 miliar. Hanya saja, Indonesia berpotensi ‘dikucilkan’ dari kebijakan tersebut.

2. Menanti Keberlanjutan Proyek IKN Melalui Pendanaan SBSN

Pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Nusantara, Kalimantan Timur, ditargetkan mulai terlaksana pada semester pertama 2024. Sejumlah proyek pembangunan di IKN didanai surat berharga syariah negara (SBSN) atau sukuk negara. 

Sebelumnya, penggunaan dana dari Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk negara dalam pembangunan IKN Nusantara dinilai sebagai langkah yang tepat. 

Hal itu menunjukkan pemanfaatan yang baik dari pembiayaan SBSN untuk melaksanakan pembangunan di berbagai bidang terutama infrastruktur. 

“Strategi yang dilakukan dalam penerbitan SBSN sudah sangat baik dimana Sukuk yang diterbitkan saat ini ditujukan untuk pembangunan proyek – proyek negara, sehingga pemanfaatan dana hasil penerbitan ini akan lebih terasa bagi masyarakat secara umum,” ujar Head of Fixed Income Research PT Bahana Sekuritas, Ariawan.

3. Optimisme Multi Makmur Lemindo (PIPA) Pacu Kinerja Usai IPO

Emiten pipa PVC, PT Multi Makmur Lemindo Tbk. (PIPA) optimistis membidik target pertumbuhan pendapatan hingga 30 persen sepanjang 2023 seiring dengan suksesnya langkah initial public offering (IPO) perseroan dengan mengantongi Rp97,12 miliar.

PIPA menjadi emiten baru ke-30 tahun ini dan telah resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia hari ini, Senin (10/4/2023).

Perseroan menawarkan 925 juta saham ke publik atau setara dengan 27,01 persen dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO dengan harga Rp105 per saham. Alhasil, dana segar yang diraih PIPA yaitu Rp97,12 miliar.

Bersamaan dengan hal tersebut, PIPA juga menerbitkan Waran Seri I yang menyertai saham baru yang diberikan secara cuma-cuma bagi para pemegang saham baru dengan rasio 10:9 atau sejumlah 832,5 juta Waran Seri I serta harga pelaksanaan yang ditetapkan sebesar Rp110.

4. Moleknya Pasar Asia Alihkan Perhatian Investor

Guncangan dunia perbankan di Amerika Serikat dan Eropa ternyata berhasil mengalihkan perhatian investor ke kawasan Asia.   

Analisis Citibank menunjukkan pasar keuangan di Asia tidak terlalu terdampak akibat kasus kebangkrutan bank-bank di AS dan Eropa. Bahkan, mata uang Asia juga ikut terangkat terhadap dolar AS.

Indeks saham emiten keuangan di Asia, kecuali Jepang, meningkat sejak berita keruntuhan Silivcon Valley Bank (SVB) pada 10 Maret. Sementara itu, indeks perbankan di AS justru jatuh hingga 10 persen dalam periode yang sama.

"Sepertinya Asia akan tetap relatif terinsulasi dengan baik. Perlambatan yang berpusat pada AS berarti dolar AS akan bergerak melemah, sehingga mendukung arus modal di Asia,” kata Johanna Chua, Direktur Pelaksana dan Kepala Analisis Ekonomi dan pasar Asia-Pasifik di Citibank.

5. Siasat Mal Tarik Pengunjung di Tengah Gempuran Belanja Online

Tren belanja online selama pandemi Covid-19 mengalami peningkatan. Tren belanja online di Indonesia tampaknya tetap bergairah meski pandemi sudah mereda.

Belanja online merupakan sebuah tren yang meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut ditopang oleh kemudahan transaksi yang disediakan oleh berbagai macam platform.

Dalam laporan Knight Frank, Indonesia masuk dalam lima besar negara yang memiliki frekuensi belanja online terbesar secara global. Indonesia berada di posisi kelima sebagai negara dengan frekuensi belanja online yang tinggi dalam seminggu dan berada di kisaran 40 persen konsumen pada 2022. 

Angka ini naik dari jumlah konsumen belanja online yang hanya sekitar 22 persen setiap minggu, atau naik lima persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Terlebih pada momentum Ramadan dan Lebaran tahun ini, para pemain e-commerce semakin gencar berbenah untuk mempersiapkan ragam program dengan keunggulan yang ditawarkan. Dalam riset Snapcart Indonesia, sebanyak 98 persen responden tertarik untuk berbelanja online guna memenuhi kebutuhan selama bulan Ramadhan. 

Momentum yang berlangsung kurang lebih satu bulan ini menjadi ruang e-commerce untuk berlomba, ditambah dengan antusiasme masyarakat yang semakin tinggi dengan situasi Lebaran pascapandemi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rayful Mudassir
Editor : Rayful Mudassir
Sumber : Bisnisindonesia.id
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper