Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tertinggi dalam 16 Bulan, Ini Pemicu Lonjakan Cadangan Devisa Maret 2023

Posisi cadangan devisa Indonesia tercatat mencapai US$145,2 miliar pada Maret 2023.
Ilustrasi cadangan devisa Indonesia dalam mata uang dolar AS/Dok. Bank Indonesia
Ilustrasi cadangan devisa Indonesia dalam mata uang dolar AS/Dok. Bank Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA – Posisi cadangan devisa Indonesia tercatat mencapai US$145,2 miliar pada Maret 2023.

Posisi cadangan devisa tersebut meningkat tinggi dibandingkan dengan posisi pada akhir Februari 2023 yang tercatat sebesar US$140,3 miliar. Posisi cadangan devisa ini pun merupakan yang tertinggi dalam 16 bulan terakhir.

Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono menyampaikan bahwa peningkatan cadangan devisa pada periode Maret 2023 terutama didorong oleh penerimaan pajak dan penarikan pinjaman utang luar negeri pemerintah.

“Peningkatan posisi cadangan devisa pada Maret 2023 antara lain dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan penarikan pinjaman luar negeri pemerintah,” katanya dalam siaran pers, Senin (10/4/2023).

Erwin menyampaikan bahwa posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. 

“BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” kata dia.

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky mengatakan kenaikan cadangan devisa Indonesia ini juga didukung oleh nilai tukar rupiah yang cenderung terapresiasi pada akhir Maret 2023.

Sejalan dengan itu, instrumen term deposit valas devisa hasil ekspor (DHE) yang diluncurkan BI pada awal Maret untuk menampung DHE SDA juga turut mendorong peningkatan devisa.

“Peningkatan cadangan devisa didorong oleh beberapa faktor, seperti penguatan rupiah dan adanya efektivitas dari instrumen DHE BI, ini yang meningkatkan cadangan devisa Indonesia,” katanya.

Riefky berpendapat, beberapa risiko masih perlu diantisipasi ke depan, salah satunya berkurangnya agresivitas pengetatan suku bunga the Fed, bank sentral Amerika Serikat.

“Mulai less aggressive-nya pengetatan suku bunga yang dilakukan the Fed akan memicu arus modal masuk, ini memang berpotensi mendorong cadangan devisa meningkat cukup deras, namun perlu diperhatikan ke depan agar rupiah tidak terlalu volatile,” jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper