Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bahlil Bertemu Bos LG Besok, Bahas Konsorisum Baterai Listrik IBC

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia bakal bertemu pimpinan LG untuk membahas nasib konsorsium baterai listrik IBC.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia saat wawancara dengan Bisnis Indonesia di Jakarta, Selasa (25/10/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia saat wawancara dengan Bisnis Indonesia di Jakarta, Selasa (25/10/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia, bakal bertemu dengan pimpinan LG Energy Solution (LG) untuk membahas lebih lanjut mengenai kepastian investasi pada usaha patungan atau joint ventures (JV) Indonesia Battery Corporation (IBC), Jumat (7/4/2023) besok.

Rencana pertemuan itu disampaikan Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), Nico Kanter, saat membahas soal mandeknya negosiasi LG pada kelanjutan investasi pabrik baterai terintegrasi dengan IBC awal tahun ini. 

“Pak Bahlil bilang Jumat ini memang dia akan berbicara lagi dengan LG. Kemarin LG agak sedikit tertahan, karena mereka itu mengubah komposisi soal mitranya,” kata Nico saat ditemui di Jakarta, Rabu (5/4/2023) malam. 

Menurut Nico, pertemuan itu dilakukan sebagai upaya pemerintah untuk menagih kepastian rencana investasi LG dan konsorsiumnya yang relatif lamban jika dibandingkan dengan konsorsium milik CBL. 

“Tapi kita tinggal memastikan saja kok, jadi kita mesti duduk lagi sama mereka mengenai komposisinya, karena pemerintah juga mau tidak semuannya China,” ujarnya.

Di sisi lain, dia menambahkan, manuver LG mengubah komposisi anggota konsorsiumnya itu disebabkan karena implementasi Undang-Undang (UU) Penurunan Inflasi atau Inflation Reduction Act (IRA) yang diterbitkan pemerintah Amerika Serikat pada pertengahan tahun lalu. 

Seperti diketahui IRA mendiskreditkan produksi baterai kendaraan listrik dari negara mitra yang belum memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan Amerika Serikat. Selain itu, IRA juga ikut menilai negatif produksi baterai yang didominasi investasinya dari perusahaan China di sisi hulu hingga pengolahan bijih nikel. 

“Maunya ada diversifikasi ya, mitra kita tidak semua China, kan dengan Amerika Serikat memberlakukan Inflation Reduction Act (IRA) yang perusahaan China itu ada pembatasan lah ya,” kata dia. 

Sebelumnya, LG disebutkan tidak tertarik untuk berinvestasi lebih lanjut hingga tingkat pabrikan baterai listrik seperti yang ditawarkan dalam perjanjian usaha patungan tersebut. Bahkan, LG menyerahkan negosiasi kepada rekanan konsorsium mereka Huayou Holding. 

“Kami dapat informasi dari Aneka Tambang [Antam] bahwa LG itu masih belum jelas statusnya, tapi LG mendorong anggota konsorsiumnya Huayou untuk melanjutkan diskusi dan negosiasi,” kata Direktur Utama MIND ID, Hendi Prio Santoso, saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII, Senin (6/2/2023). 

Kendati demikian, Hendi memandang bahwa Huayou bukanlah mitra yang seimbang bagi Antam, yang merupakan salah satu pemegang saham IBC. Dia beralasan rekanan konsorsium LG itu tidak memiliki keahlian, serta pengalaman untuk pabrikan baterai setrum. Dia menyebut portofolio Huayou lebih banyak pada pengembangan smelter. 

“Kami masih menginginkan adanya konsorsium yang lengkap sampai ke EV manufacturer-nya, sedangkan Huayou kan bergerak hanya di pengembangan smelter,” tuturnya. 

Rencana awalnya pengembangan industri baterai kendaraan listrik IBC bersama dengan konsorsium CBL dan LG ditargetkan efektif pada triwulan pertama tahun ini. Antam telah melaksanakan spin off segmen bisnis nikel mereka senilai Rp9,8 triliun untuk dua anak usaha hasil joint venture dengan konsorsium tersebut.

Dua anak usaha itu, PT Nusa Karya Arindo (NKA) dan PT Sumberdaya Arindo (SDA), akan mengelola sebagian wilayah izin usaha perseroan di Halmahera Timur, Maluku Utara untuk penambangan nikel kelas satu jenis mixed hydroxide precipitate (MHP) atau mixed sulphide precipitate (MSP) sebagai bahan baku precursor dan katoda baterai kendaraan listrik.  

Harapannya, kedua proyek pengembangan industri baterai kendaraan listrik itu dapat memasuki masa produksi atau commercial operation date (COD) pada triwulan ketiga 2024.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper