Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan Global Tergerus, Aktivitas Manufaktur Asia Melambat pada Maret 2023

Aktivitas manufaktur Jepang dan Korea Selatan terkontraksi pada bulan Maret, sedangkan pertumbuhan aktivitas di China terhenti.
Seorang karyawan bekerja di lini produksi serat karbon di dalam sebuah pabrik di Lianyungang, provinsi Jiangsu, China, 27 Oktober 2018./REUTERS
Seorang karyawan bekerja di lini produksi serat karbon di dalam sebuah pabrik di Lianyungang, provinsi Jiangsu, China, 27 Oktober 2018./REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA – Aktivitas manufaktur Asia melambat pada bulan Maret 2023 karena melemahnya permintaan luar negeri sehingga mengurangi produksi.

Survei menunjukkan bahwa prospek global yang memburuk akan tetap menjadi penghambat pemulihan kawasan Asiadan membuat para pembuat kebijakan tetap waspada.

Dilansir dari Reuters pada Senin (3/4/2023), sebagai negara yang bergantung pada ekspor, aktivitas manufaktur Jepang dan Korea Selatan terkontraksi pada bulan Maret.

Sementara itu, pertumbuhan di China terhenti, sekaligus menandakan tantangan yang dihadapi Asia di tengah upaya menjaga inflasi dan menghilangkan hambatan dari momentum ekonomi global yang mengendur.

"Dengan pertumbuhan global yang akan tetap lemah di kuartal mendatang, kami memperkirakan output manufaktur di Asia akan tetap berada di bawah tekanan," kata Shivaan Tandon, seorang ekonom Asia di Capital Economics.

Indeks Manajer Pembelian (PMI) manufaktur global caixin China berada di 50,0 pada bulan Maret, lebih rendah dari bulan sebelumnya 51,6 dan jauh lebih rendah dari perkiraan pasar, yaitu 51,7.

“Pondasi pemulihan ekonomi masih belum kokoh. Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi masih akan bertumpu pada dorongan permintaan domestik, khususnya perbaikan konsumsi rumah tangga,” kata Wang Zhe, Ekonom Senior Caixin Insight Group.

Adapun PMI Korea Selatan turun menjadi 47,6 di bulan Maret dari 48,5 di bulan Februari, berkontraksi pada laju tercepat dalam enam bulan karena pesanan ekspor turun akibat lemahnya permintaan global.

Sementara itu, PMI Jepang naik ke level 49,2 pada bulan Maret dari 47,7 Februari tetapi tetap di bawah ambang batas 50 yang menandakan masih berada di level kontraksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper