Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hindari Sanksi Eropa, ESDM Target Dapat Pengganti Rusia di Blok Tuna Tahun Ini

Kementerian ESDM menargetkan mitra baru untuk Premier Oil Tuna BV di Blok Tuna dapat diumumkan paling cepat tahun ini.
Blok migas/Ilustrasi
Blok migas/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan pendamping baru untuk operator Blok Tuna, Premier Oil Tuna BV, dapat diumumkan paling cepat tahun ini.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji mengatakan, kepastian itu mesti segera diputuskan untuk merealisasikan rencana pengembangan atau plan of development (PoD) lapangan yang bersinggungan dengan perbatasan Vietnam tersebut. Seperti diketahui, PoD lapangan itu sudah disetujui otoritas hulu migas pada Desember 2022. 

“Kita membantu Premier untuk mencari mitranya karena Inggris itu memberi sanksi perusahaannya tidak boleh transaksi dengan perusahaan Rusia, kalau cost recovery itu kan ditanggung bersama, tidak bisa dilakukan,” kata Tutuka kepada Bisnis, Senin (3/4/2023). 

Komitmen itu disampaikan Tutuka menyusul sanksi yang diberikan Uni Eropa dan Pemerintah Inggris atas operator blok, Premier Oil Tuna BV, anak usaha perusahaan migas Inggris Harbour Energy plc. yang bekerja sama dengan perusahaan pelat merah Rusia untuk mengembangkan blok yang berada di lepas pantai Natuna Timur tersebut.

BUMN Rusia Zarubezhneft lewat anak usahanya ZN Asia Ltd memegang hak partisipasi atau participating interest (PI) sama besar dengan Premier Oil Tuna BV, yakni sebesar 50 persen di wilayah kerja (WK) Tuna tersebut. 

Konsekuensi sanksi pemerintah Inggris itu, kata Tutuka, berdampak serius pada komitmen pengembangan lapangan tersebut. Dengan demikian, dia mengatakan, kementeriannya tengah berupaya untuk memfasilitasi serta aktif untuk mencarikan mitra lain bagi Premier Oil. 

“Supaya lapangan ini bisa berjalan, yang terpenting kan pengeboran dan eksplorasinya dilanjutkan,” tuturnya. 

Di sisi lain, dia menambahkan, pencarian mitra baru itu tidak perlu dilakukan lewat lelang ulang hak partisipasi yang mesti ditinggalkan ZN Asia Ltd. Menurut dia, peralihan mitra itu dapat dilakukan antarkesepakatan kedua belah pihak. 

“Bukan lelang, siapa yang bisa gantikan kita harus tanyakan ke pihak Premier dan Rusia-nya ya posisinya saat ini sudah sejauh mana,” kata dia.

Kementerian ESDM memperkirakan potensi gas yang dihasilkan Blok Tuna berada di kisaran 100 hingga 150 million standard cubic feet per day (MMscfd). Rencananya hasil produksi gas dari Lapangan Tuna bakal diekspor ke Vietnam pada 2026 mendatang. 

Adapun, investasi pengembangan lapangan hingga tahap operasional ditaksir mencapai US$3,07 miliar atau setara dengan Rp45,4 triliun. Perkiraan biaya investasi untuk pengembangan Lapangan Tuna terdiri atas investasi (di luar sunk cost) sebesar US$1,05 miliar, investasi terkait biaya operasi sampai dengan economic limit sebesar US$2,02 miliar, dan biaya abandonment and site restoration (ASR) sebesar US$147,59 juta.

Untuk mendorong keekonomian, pemerintah memberikan beberapa insentif dengan asumsi masa produksi sampai 2035 mendatang. Pemerintah mengambil bagian gross revenue sebesar US$1,24 miliar atau setara dengan Rp18,4 triliun. Adapun, kontraktor gross revenue sebesar US$773 juta atau setara dengan Rp11,4 triliun dengan biaya cost recovery mencapai US$3,315 miliar. 

Seperti diberitakan sebelumnya, Harbour Energy menyatakan adanya keterbatasan operator Blok Tuna untuk mengerjakan rencana pengembangan lantaran sanksi yang ditetapkan Uni Eropa dan pemerintah Inggris tersebut. Sanksi itu menjadi tindaklanjut dari sikap Uni Eropa dan pemerintah Inggris atas invasi Rusia ke Ukraina sejak awal tahun lalu. 

“Rencana pengembangan itu terdampak sanksi Uni Eropa dan pemerintah Inggris yang membatasi kemampuan kami sebagai operator untuk menyediakan layanan tertentu bagi mitra Rusia kami di lapangan Tuna,” tulis Harbour Energy dalam laporan tahunan mereka dikutip Minggu (12/3/2023). 

Lewat laporan tahunan yang berakhir 31 Desember 2022, Harbour Energy menegaskan bakal berkoordinasi dengan Zarubezhneft untuk memastikan rencana pengembangan lapangan bisa direalisasikan tahun ini sesuai dengan lini masa yang disepakati bersama dengan SKK Migas. 

“Kami akan bekerja sama dengan mitra kami untuk sampai pada jalan keluar tertentu, memastikan pengembangan proyek ini berjalan tahun ini,” tulis Harbour Energy. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper