Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ramai Pengembang Raksasa di China Ungkap Kerugian Imbas Krisis Properti

Sejumlah pengembang properti di China mengalami kerugian cukup dalam akibat imbas krisis properti yang melanda China.
Properti China./.Bloomberg
Properti China./.Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Sunac China Holdings Ltd. melaporkan kerugian perusahaan selama 2 tahun berturut-turut imbas krisis properti yang menurunkan permintaan rumah sekaligus pendapatannya. 

Dikutip dari Reuters, Senin (27/3/2023), pengembang properti yang berbasis di Tianjin, China itu mencatat kerugian hingga US$3,9 miliar atau setara dengan Rp59,1 triliun per Desember 2022. 

Perusahaan properti di China selama beberapa tahun terakhir ini sedang berjuang untuk menjual rumah baru dengan harga lebih rendah dari kondisi normal. 

Selain karena krisis yang disebabkan kredit macet, kondisi ekonomi dan penundaan pengiriman, kebijakan lockdown selama pandemi semakin memperburuk kesengsaraan sektor properti China. 

Adapun, Sunac China Holdings adalah salah satu dari beberapa pengembang yang telah melewati pembayaran obligasi luar negeri dan berjuang untuk membayar utang di tengah penjualan yang melambat. 

Saat ini, pihaknya tengah berebut perjanjian restrukturisasi dengan kreditur mereka. Bahkan, perdagangan saham Sunac China yang terdaftar di HK terancam ditangguhkan pada April 2022. 

Nasib serupa menimpa Kaisa Group Holdings yang memperkirakan kerugian bersih sebesar US$2,04 miliar atau setara dengan Rp30,9 triliun. Kerugian tersebut dikarenakan penundaan pengiriman merugikan penjualannya.

Perusahaan yang berbasis di Shenzhen itu, pada awal bulan Maret telah menerbitkan hasil yang telah lama tertunda untuk tahun fiskal 2021 dengan kerugian sebesar 13,26 miliar yuan. Kaisa merupakan pengembang pertama yang gagal bayar dalam krisis utang yang melanda sebagian besar sektor properti China sejak pertengahan 2021. 

Saham Kaisa nyaris jatuh hingga 37 persen sejak mereka melanjutkan perdagangan awal bulan Maret setelah suspensi selama setahun. Saat ini, Kaisa Group sedang dalam proses restrukturisasi utangnya dan beban US$12 miliar utang luar negeri.

Dilansir Channel News Asia, pengembang properti China Shimao Group kini sedang berusaha untuk menjual hotelnya di Hong Kong dekat dengan bandara internasional seharga US$828 juta atau setara dengan Rp12,5 triliun. 

Menurut agen penjualan JLL, hal tersebut menjadi langkah yang dapat membantu perusahaan membayar utang. Shimao yang berbasis di Shanghai, dalam proses restrukturisasi utang luar negeri senilai US$11,8 miliar, termasuk di antara banyak pengembang China yang gagal bayar tahun 2022 lalu. 

Hotel Hong Kong yang dijual adalah Sheraton & Four Points by Sheraton Tung Chung Hotel yang dibuka pada akhir tahun 2020. Dengan lebih dari 1.200 kunci, ini adalah hotel terbesar kedua di pusat keuangan berdasarkan jumlah kamar. 

Kepala Pasar Modal JLL Hong Kong Oscar Chan mengatakan, valuasi hotel sedikit lebih tinggi dari harga yang diminta. Pasalnya, Shimao membeli tanah tersebut pada tahun 2014 seharga HK$1,83 miliar.

Chan mengatakan, tingkat hunian hotel telah pulih dengan cepat setelah kota itu mencabut pembatasan perjalanan akhir tahun lalu, dan dengan suku bunga memuncak, dia berharap Shimao akan dapat mengambil harga yang jauh lebih tinggi daripada tahun lalu ketika gagal bayar utang.

Adapun, hotel tersebut akan dijual melalui proses expression of interest (EOI) dengan pengajuan putaran pertama diharapkan dapat diterima setelah liburan Paskah pada awal April.

Di sisi lain, China Evergrande Group yang memiliki utang terbesar hingga US$300 miliar, baru-baru ini meluncurkan rencana untuk restrukturisasi utang luar negeri senilai $22,7 miliar. Kondisi tersebut dapat menjadi acuan bagi saingan yang tertekan untuk membentuk kembali sentimen investor pada sektor properti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper