Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Drama Bos The Fed Powell dan Menkeu Yellen Jelang Kenaikan Suku Bunga, Seret Harga Saham

Harga saham di AS anjlok 1,7 persen setelah pernyataan berbeda keluar dari Menteri Keuangan Janet Yellen dan Ketua The Fed Jerome Powell.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen/Bloomberg.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen/Bloomberg.

Bisnis.com, JAKARTA - Jelang pengumuman hasil Federal Open Market Committee terkait suku bunga acuan di Amerika Serikat (AS), investor saham dibuat bingung oleh pernyataan Menteri Keuangan Janet Yellen dan Ketua The Fed Jerome Powell. 

Pernyataan keduanya yang tidak sinkron membuat tekanan di pasar keuangan meningkat, dan pada akhirnya membawa bursa mencapai titik terburuk dalam dua pekan. 

Seperti dilansir Bloomberg, Kamis (23/3/2023), disebutkan gejolak pasar saham lumrah terjadi setiap kali pernyataan The Fed keluar. Kondisi ini menjadi tidak biasa, saat Menteri Keuangan Yellen dan Powell berbicara dalam waktu berdekatan. Perbedaan pernyataan telah mengguncang industri keuangan AS. 

Drama Bos The Fed Powell dan Menkeu Yellen Jelang Kenaikan Suku Bunga, Seret Harga Saham

Kondisi yang terjadi pada Rabu (22/2/2022), mungkin tidak terbayangkan sebelumnya. Harga saham S&P 500 jatuh, naik, stagnan lalu jatuh lagi. Pergerakan liar harga saham ini terjadi setelah investor berusaha mencermati pernyataan dua tokoh sentral keuangan Amerika Serikat itu. 

Reaksi kenaikan muncul setelah Powell menyatakan akan memberi perlindungan yang lebih luas kepada deposan jika persoalan kejatuhan perbankan yang dipicu SVB menyebar. Keyakinan itu seketika reda, pernyataan Yellen di Kongres menghapus keuntungan yang sudah terbentuk dan justru berbalik arah ke zona merah. 

Musababnya, Menteri Keuangan yang pernah menjabat sebagai Ketua The Fed era Obama itu menyebutkan tidak mempertimbangkan penjaminan simpanan lebih luas akan dilakukan AS di tengah keruntuhan tiga bank di negara itu. 

"Sungguh mengejutkan Yellen dan Powell akan memberikan pesan yang bertentangan tengang [penjaminan] deposito di bank pada saat yang sama," kata Steve Chiavarone, senior portfolio manager and head of multi-asset solutions dari Federated Hermes. 

Pernyataan Yellen ini kemudian menekan saham perbankan. SPDR S&P ETF yang menggambarkan kinerja saham perbankan di AS rontok 5,7 persen.

"Komentar [Yellen] jelas mempengaruhi saham perbankan secara negatif, tetapi pernyataannya bertepatan dengan penjelasan oleh Powell bahwa mereka [bank sentral] akan terus melakukan apa yang diperlukan untuk menjinakkan inflasi, termasuk menaikkan suku bunga lebih dari yang diperkirakan [pasar]," kata Steve Sosnick, Chief Strategist di Interactive Brokers, tentang pergolakan yang menyebabkan saham perbankan AS jatuh. 

Ekonom di sejumlah bank raksasa AS berharap The Fed menghentikan kenaikan suku bunga acuan. Permintaan yang diajukan akibat gejolak sistem perbankan AS yang ditandai bangkrutnya Silicon Valley Bank. Bank terbesar ke-16 itu tidak mampu menahan penarikan uang tunai (rush) nasabahnya. Saat yang sama SVB  menempatkan banyak dana di obligasi AS jangka panjang yang harganya jatuh akibat kenaikkan suku bunga oleh The Fed. 

Harapan itu tidak terjadi, dalam risalah pengumumannya tadi malam, The Fed kembali mengerek bunga acuan 25 basis poin. Dengan level ini, suku bunga acuan di AS menjadi 4,75 persen sampai 5 persen. Tertinggi sejak 2007.

Keputusan itu sekaligus membuat investor berusaha menarik uang tunainya dari pasar modal dan membuat S&P 500 jatuh 1,7 persen sekaligus menjadi penurunan terburuk dalam 2 pekan terakhir. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Anggara Pernando
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper