Bisnis.com, JAKARTA - Saham UBS Group AG anjlok hingga 7 persen usai perusahaan tersebut mencaplok Credit Suisse senilai Rp49,1 triliun.
Dilansir dari Reuters pada Senin (20/3/2023), Saham-saham dan obligasi perbankan terjun bebas setelah pengambilalihan Credit Suisse oleh UBS Group yang didukung oleh pemerintah memicu kekhawatiran mengenai kondisi sektor perbankan global.
Pemimpin Partai Sosial Demokrat (SP) di parlemen Swiss Roger Nordmann mengatakan kesepakatan tersebut menciptakan risiko yang sangat besar bagi Swiss dan UBS. Dia juga menyalahkan kepemimpinan Credit Suisse atas kegagalan bank tersebut.
"Apa yang telah terjadi sangat buruk bagi kredibilitas Swiss," tutur Roger dikutip Reuters pada Senin (20/3/2023)
Fokus investor kini telah bergeser pada pukulan besar yang akan diterima oleh beberapa pemegang obligasi Credit Suisse, menambah kecemasan akan risiko-risiko lain pada sektor perbankan termasuk penularan dan kondisi rapuhnya pemberi pinjaman regional Amerika Serikat (AS).
Saham-saham bank Eropa merosot, dengan indeks pemberi pinjaman terkemuka turun 2,3 persen. Adapun, perusahaan perbankan Jerman, Deutsche Bank turun 3,1 persen dan Commerzbank 3,3 persen. Sementara BNP Paribas dari Perancis turun persen. Pergerakan tajam ini terjadi setelah aksi jual besar-besaran di pasar Asia.
Baca Juga
Analis di Morningstar Johann Scholtz mengatakan seminggu bisa menjadi waktu yang sangat lama di pasar keuangan.
"UBS mengakuisisi Credit Suisse senilai US$3,2 miliar atau setara Rp49,1 triliun akan terlihat seperti sebuah kesepakatan yang luar biasa, meskipun posisinya saat ini kurang jelas," ungkapnya.
Tak hanya itu, data S&P Global Market Intelligence menunjukkan biaya untuk mengasuransikan eksposur terhadap utang para pemberi pinjaman di benua itu naik, dengan credit default swap UBS melebar menjadi 153 basis poin dari 117 bps.