Bisnis.com, JAKARTA – Selama beberapa hari terakhir bank, sentral Amerika Serikat Federal Reserve menggelontorkan ratusan miliar dolar AS untuk menyelamatkan sistem perbankan Negeri Paman Sam akibat runtuhnya Silicon Valley Bank (SVB).
Dilansir dari Bloomberg pada Jumat (17/3/2023), The Fed tercatat menggelontorkan likuiditas berupa fasilitas diskonto untuk bank-bank di AS senilai US$152,9 miliar pada Rabu (15/3). Adapun The Fed juga menyalurkan program pinjaman berjangka perbankan senilai US$11,9 miliar.
Ditambah dengan fasilitas likuiditas senilai total US$140 miliar yang diberikan kepada Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank, The Fed telah meluncurkan bantuan likuiditas US$300 miliar atau Rp4.600 triliun sejak pekan lalu.
Melihat jumlah pinjaman yang sedemikian besar, beberapa analis optimistis dengan kondisi perbankan AS dan mengatakan sekarang ada lebih sedikit alasan untuk takut peristiwa beberapa hari terakhir meningkat ke krisis ekonomi.
"Angka-angkanya, seperti yang kita lihat di sini, lebih konsisten dengan gagasan bahwa ini hanya masalah di segelintir bank," kata Thomas Simons, ekonom pasar uang Jefferies.
The Fed meluncurkan fasilitas pinjaman bank pada hari Minggu di tengah-tengah gejolak pasar finansial akibat kegagalan Silicon Valley Bank dan kemudian Signature Bank pada akhir pekan. Fasilitas ini memungkinkan berbagai bank dan perusahaan lain yang memenuhi syarat untuk meminjam dari Departemen Keuangan berupa surat utang beragun aset dan agunan lain yang memenuhi syarat pada nilai nominal.
Baca Juga
Perusahaan-perusahaan dapat menarik pinjaman hingga satu tahun dengan biaya pinjaman sebesar suku bunga swap indeks semalam satu tahun ditambah 10 basis poin. Fasilitas pinjaman bank ini didukung oleh $25 miliar dari Exchange Stabilization Fund Departemen Keuangan. Rekor jumlah pinjaman fasilitas diskonto agak tidak terduga karena banyak analis mengira bahwa bank-bank akan lebih tertarik pada fasilitas pinjaman baru ini. Namun masih ada masalah waktu, karena perusahaan-perusahaan mungkin pertama kali menggunakan fasilitas diskonto karena fasilitas ini sudah tersedia ketika masalah muncul.
Serangkaian pinjaman darurat ini menyebabkan neraca the Fed tumbuh lebih besar.
Setelah mencapai puncaknya pada US$9 triliun musim panas lalu sebelum The Fed mulai mengurangi kepemilikan obligasi Treasury dan obligasi beragun hipotek, kepemilikan obligasi The Fed turun menjadi US$8,39 triliun pada 8 Maret, sebelum naik menjadi hampir US$8,7 triliun pada hari Rabu (15/3/2023).
Kenaikan neraca saat The Fed masih cenderung untuk terus maju dengan kenaikan suku bunga menempatkan dua pilar utama kebijakan moneter cenderung saling bertentangan.