Bisnis.com,JAKARTA- Implementasi tanggung jawab sosial perusahaan mesti dilandasi dengan pemetaan kebutuhan masyarakat sehingga tepat sasaran.
Gita Indriati, Kepala Divisi Pembelajaran dan Budaya Indonesia Financial Group (IFG) mengungkapkan bahwa sebagai badan usaha milik negara (BUMN) pihaknya dituntut untuk mendatangkan profit tapi mesti ada dampak sosial bagi masyarakat luas juga.
“Pesannya adalah bagaimana kami menciptakan leader yang tidak hanya peduli terhadap dirinya dan lingkungan organisasi tapi juga berdampak dan peduli terhadap lingkungan sekitar baik masyarakat, ekosistem dan pemangku kepentingan. Saat menjadi leader mereka bawa nama baik perusahaan membawa nilai tambah,” ujarnya dalam diskusi Impact Fest, Kamis (16/3/2023).
Dia melanjutkan pihaknya kemudian bekerja sama dengan Divisi Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan IFG memetakan mana tempat mana yang tepat untuk menggelar kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan dan terpilihlah Desa Sumberejo, Ngablak Magelang, Jawa Tengah.
Di sana, tuturnya, pihaknya melakukan pemetaan persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dan kemudian mencari solusi dalam program yang melibatkan masyarakat sebagai subjeknya.
Pemetaan itu dilakukan dengan cara mewawancarai pemangku kepentingan di desa, menemukan akar persoalan, membuat ide proyek sosial dan perencanaan eksekusi kegiatan.
Baca Juga
“Salah satu kegiatannya adalah pembuatan keripik sawi. Di sana hasil pertanian berupa sawi berlimpah dan persoalannya, jika harga jatuh, maka sawi akan dibiarkan membusuk. Setelah masuknya program ini, penduduk memproduksi keripik sawi dan memberikan nilai tambah,” ucapnya.
Nanang Achyar, Direktur People and Culture PT Bukit Makmur Mandiri, anak usaha PT Delta Dunia Makmur Tbk, mengatakan bahwa dalam melaksanakan tanggung jawab sosial pihaknya menerapkan prinsip pemetaan kebutuhan masyarakat sebelum mengeksekusinya.
“Sejak 2016-2017 berpikir harus ubah visi, sebagai mining services yang juga concern dengan lingkungan. Kami mengambil kekayaan alam Indonesia harusnya berikan kembali ke bangsa. Dari situ muncul ide berpikir kembangkan community social development. Tidak hanya profit oriented, pikir negara dan generasi masa depan juga,” jelasnya.
Menurutnya, ada banyak kegiatan pemberdayaan yang dikembangkan oleh pihaknya di lokasi pertambangan di Kalimantan, salah satunya adalah pengembangan tenun ikat khas dayak di mana pihaknya kemudian bekerja sama dengan Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) serta Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) setempat untuk mendukung pemasarannya.
“Pemerintah daerah pun mendukung dengan menetapkan penggunaan tenun khas sebagai pakaian daerah. Selain itu juga dijadikan souvenir bagi tamu yang datang,” pungkasnya.