Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menkeu AS Janet Yellen Wanti-Wanti Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perekonomian

Yellen mengatakan perubahan iklim , bencana alam, dan suhu yang memanas dapat menyebabkan penurunan nilai aset yang dapat berdampak terhadap sistem keuangan.
Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen dan Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati di KTT G20 di Roma, Italia/Instagram @smindrawati
Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen dan Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati di KTT G20 di Roma, Italia/Instagram @smindrawati

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen mengingatkan perubahan iklim memberikan dampak ekonomi dan keuangan yang cukup besar bagi negara dan dapat mengakibatkan kerugian nilai aset pada tahun-tahun berikutnya.

Yellen mengungkapkan hal ini kepada Komite Penasihat Risiko Keuangan Terkait Iklim yang meliputi akademisi, pakar sektor swasta, dan nirlaba bahwa peningkatan kerugian dari dampak bencana mencapai lima kali lipat selama lima tahun terakhir.

"Ketika perubahan iklim meningkat, bencana alam dan suhu yang memanas dapat menyebabkan penurunan nilai aset yang dapat mengalir melalui sistem keuangan," ucapnya dalam sambutan pertemuan pertama dewan penasihat ekonomi, dilansir Reuters, Rabu (8/3/2023).

Yellen mengatakan tertundanya transisi menuju ekonomi nol bersih (net zero) juga dapat menyebabkan guncangan pada sistem keuangan.

Dia menjelaskan bahwa cepatnya perubahan iklim dapat dilihat dari badai hebat, kebakaran hutan di beberapa negara bagian seperti California, Florida, dan Louisiana, tornado sepanjang wilayah selatan, hingga meningkatnya badai di Pantai Barat.

Dilansir dari Reuters, pada bulan Januari, Pemerintah AS melaporkan bahwa pada 2022, 2017, dan 2011 merupakan tahun-tahun dengan kerugian akibat bencana tertinggi sepanjang masa, dengan nilai mencapai US$165 miliar atau setara dengan Rp2.500 triliun.

Diperkirakan, terdapat 18 bencana dari cuaca dan iklim yang masing-masing menelan biaya sebesar US$1 miliar atau setara dengan Rp15,4 triliun per tahun. Adapun dua bencana tornado yang menghantam wilayah selatan dan tenggara AS pada Maret dan April, serta kebakaran hutan besar di wilayah barat.

Yellen menjelaskan bahwa Komite Penasihat Risiko Keuangan Terkait Iklim Baru (CFRAC) yang dibentuk pada Oktober lalu oleh Dewan Pengawas Stabilitas Keuangan (FSOC), akan meningkatkan upaya AS dalam mengurangi risiko perubahan iklim terkait stabilitas keuangan.

“CFRAC adalah indikasi yang jelas tentang keseriusan regulator AS mengambil ancaman peningkatan risiko terkait iklim dalam sistem keuangan,” ucap John Morton selaku mantan konselor iklim Yellen yang bergabung kembali dengan Pollination, sebuah perusahaan investasi perubahan iklim, pada bulan Januari.

Yellen mengatakan bahwa peristiwa mengenai iklim sudah mendorong perusahaan asuransi untuk menaikkan tarif atau berhenti memberi asuransi di wilayah yang berisiko tinggi yang bisa mengakibatkan konsekuensi buruk bagi pemilik rumah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper