Bisnis.com, JAKARTA – Perubahan iklim yang mengakibatkan cuaca ekstrem diperkirakan dapat merugikan Jerman hingga 900 miliar euro atau sekitar Rp14,7 kuadrilliun hingga tahun 2050. Ekonomi terbesar Eropa tersebut kini tengah mencari berbagai cara untuk bisa beradaptasi dengan iklim dan meminimalisir kerusakan.
Studi yang muncul dari perusahaan riset ekonomi Prognos and GWS dan Germany's Institute for Ecological Economic Research tersebut lahir ketika Berlin sedang menyusun langkah mengenai adaptasi iklim.
Kementerian ekonomi dan lingkungan Jerman mengutip penelitian tersebut bahwa bahwa cuaca yang ekstrem, banjir, hingga kekeringan dapat menelan biaya sebesar 280 miliar hingga 900 miliar euro. Kerugian tersebut diperkirakan terjadi antara tahun 2022 hingga 2050.
Dilansir dari Reuters pada Senin (6/3/2023), kerugian tersebut dapat berasal dari kerusakan bangunan dan infrastruktur karena hujan lebat hingga banjir, hilangnya hasil pertanian, masalah pada transportasi, bahkan pengaruh pada kesehatan manusia.
Namun, penelitian ini tidak meliputi perhitungan pada masalah kesehatan dan kematian akibat cuaca panas, bencana banjir, dan hilangnya ragam hayati.
Menurut kementerian, di antara tahun 2000 dan 2021, masalah pada perubahan iklim sudah merugikan Jerman sekitar 145 miliar euro. Adapun kerugian selama 5 tahun terakhir menelan biaya senilai 80 miliar euro.
Baca Juga
Menurut penelitian tersebut, sekiranya 60 persen hingga 80 persen biaya yang dikeluarkan dapat menjadi lebih hemat dengan melakukan beberapa langkah.
Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah beradaptasi dengan iklim, seperti dengan menyimpan karbon apabila perubahan iklim terjadi secara ringan.
Namun, studi atau penelitian tersebut tidak menjelaskan mengenai tindakan adaptasi iklim tersebut yang mungkin dapat merugikan pemerintah dan negara.