Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan sewa rumah Airbnb Inc. memberhentikan 30 persen staf perekrutannya pekan ini, sekalipun menegaskan langkah ini bukan indikasi dari tindakan PHK yang lebih luas terhadap karyawan perseroan.
Mengutip Reuters, Sabtu (4/3/2023), berita PHK Airbnb pertama kali dilaporkan oleh Bloomberg, memengaruhi kurang dari 0,4 persen dari total 6.800 tenaga kerja perusahaan yang berbasis di San Francisco ini.
“Kami telah menjadi perusahaan yang lebih ramping dan lebih fokus selama tiga tahun terakhir,” kata juru bicara Airbnb dalam sebuah pernyataan, menambahkan bahwa perusahaan mengharapkan untuk meningkatkan jumlah karyawannya tahun ini.
Sebelumnya Airbnb mengatakan pada Februari bahwa manajemen mengharapkan pertumbuhan jumlah karyawan di kisaran 2 persen hingga 4 persen pada tahun 2023, dibandingkan dengan pertumbuhan 11 persen tahun lalu.
Pada 2020, di tengah pandemi Covid-19, Airbnb memberhentikan 25 persen tenaga kerjanya, atau hampir 1.900 karyawan, setelah bisnisnya terpukul keras karena perjalanan global terhenti.
Chief Executive Officer Brian Chesky mengatakan akhir tahun lalu bahwa keadaan ekonomi tidak akan mempengaruhi bagaimana bisnis dijalankan. Sementara itu, Chief Financial Officer Dave Stephenson mengatakan pada pemaparan kinerja perusahaan terbaru bahwa Airbnb masih melihat ruang untuk menjaring tenaga kerja baru.
Baca Juga
Secara finansial, perusahaan lebih baik dari sebelumnya. Airbnb melaporkan tahun menguntungkan pertamanya pada 2022, dengan membukukan pendapatan bersih sebesar US$1,9 miliar.