Bisnis.com, JAKARTA — Bank sentral China segera menyesuaikan kebijakan moneter secara tepat waktu dan tepat guna, serta pemangkasan GWM bank untuk melonggarkan likuiditas jangka panjang yang masih akan menjadi alat efektif untuk mendukung perekonomian.
Data terbaru menunjukkan bahwa aktivitas bangkit kembali dengan kecepatan yang lebih baik dari perkiraan, tetapi China masih menghadapi banyak tantangan termasuk pasar properti yang lemah dan ekspor yang goyah.
"People's Bank of China (PBOC) akan memberikan dukungan keuangan yang kuat untuk perkembangan ekonomi yang stabil dan sehat," kata Gubernur PBOC Yi Gang sebagaimana dilansir dari Reuters pada Jumat (3/3/2023).
Yi mengatakan fokus kebijakan moneter struktural akan berada pada keuangan hijau, inovasi teknologi, infrastruktur dan perumahan.
Adapun China semakin ambisius dengan target pertumbuhan 2023 yang berpotensi mencapai 6 persen dalam upaya untuk meningkatkan kepercayaan investor dan konsumen serta membangun pemulihan pasca-pandemi yang menjanjikan. Tak hanya itu, pemerintah diperkirakan akan mengumumkan lebih banyak stimulus selama Kongres Rakyat Nasional bulan ini.
Wakil gubernur PBOC Liu Guoqiang mengatakan ekonomi China mulai pulih tetapi masih menghadapi beberapa ketidakpastian dan diperlukan lebih banyak dukungan kebijakan.
Baca Juga
"Kami akan menyesuaikan alat kebijakan moneter secara tepat waktu dan tepat guna berdasarkan perubahan dan kebutuhan dalam pembangunan ekonomi," kata Liu menegaskan bahwa inflasi bisa lebih rendah pada 2023.
Adapun, Liu menyoroti perdebatan terkait bank sentral yang akan menurunkan suku bunga atau justru memangkas rasio persyaratan cadangan bank (RRR) lagi.
"Suku bunga riil RRT berada pada tingkat yang tepat sekarang. PBOC telah memangkas RRR sebanyak 14 kali sejak 2018, menjadi kurang dari 8 persen dari hampir 15 persen, sehingga masih merupakan cara yang efektif untuk menyediakan likuiditas jangka panjang dan mendukung ekonomi riil," tuturnya.
Seperti diketahui, China memangkas RRR pada bulan Desember, yang kedua kalinya pada 2022, melepaskan sekitar 500 miliar yuan atau US$72,39 miliar dalam likuiditas jangka panjang untuk menopang ekonomi yang goyah akibat Covid-19.