Bisnis.com, JAKARTA - Industri tekstil dan produk tekstil keluhkan banyaknya produk ilegal yang membanjiri pasar domestik membuat produknya sulit memenangkan persaingan.
Direktur Industri, Tekstil, Kulit dan Alas Kaki Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Adie Rochmanto Pandiangan menyebutkan, pihaknya telah mengupayakan berbagai hal dalam penguatan pasar dalam negeri. Namun, derasnya impor ilegal terutama pakaian dan sepatu bekas bukan ranah Kemenperin.
“Ini kan bukan [urusan] saya, tanya dong bagaimana Bea Cukai, TNI Polri gimana, kenapa bisa lolos itu,” kata Adie kepada Bisnis di Kantor Kemenperin pada Selasa (28/2/2023).
Sementara, menurut Adie, Kemenperin telah merekomendasikan berbagai kebijakan pada pihak terkait yang memangku kewenangan, dalam hal ini Kementerian Perdagangan (Kemendag) juga Kementerian Koordinasi Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian).
Adie juga menyebut, setelah memberi usulan, pihaknya tak bertanggung jawab atas keberlanjutan usulan tersebut, termasuk pemberlakuan larangan terbatas (lartas) lantaran tidak dalam wewenang Kemenperin.
Dia juga mengklaim Kemenperin telah melakukan berbagai upaya yang berkaitan dengan penguatan pasar domestik bagi industri dalam negeri ini, berupa pengoptimalan tingkat komponen dalam negeri dan penerapan standar nasional Indonesia (SNI).
Baca Juga
“Lartas tanyalah ke Kemenko Perekonomian dong sebagai koordinator ini, tagih dong ke sana. Saya kan hanya bisa perkuat TKDN dan SNI,” tambahnya.
Seperti diberitakan Bisnis.com sebelumnya, menyitat hasil investigasi Reuters, Indonesia ternyata merupakan surga bagi impor pakaian dan sepatu bekas. Mayoritas produk pakaian dan sepatu bekas itu berasal dari Singapura.
Penasehat kebijakan Global Alliance for Incinerator Alternatives (GAIA) Dharmesh Shah menyebut, besarnya pasar pakaian bekas impor ini lantaran Indonesia tidak memiliki aturan yang ketat untuk hal ini. "Aliran pakaian bekas yang murah dan tidak diatur," kata Dharmesh dikutip dari Reuters pada Selasa (28/2/2023).
Menurutnya, barang bekas diimpor dari berbagai negara terutama Singapura ini sebenarnya memiliki persentase dapat digunakan kembali yang sangat kecil, sehingga akan menambah masalah sampah di negara tujuan.
Terlebih, saat diwawancarai oleh Reuters, dua orang pedagang yang menjajakan dagangannya di pasar barang bekas Batam menyebutkan, pedagang biasanya membeli barang dalam karung, tanpa mengetahui pasti isi karung tersebut. Dengan demikian, tak jarang pedagang membuang lebih dari setengah isi karung yang mereka beli, lantaran tak layak jual.
Terkait impor sepatu bekas, Reuters menemukan jawaban mengapa Indonesia bisa dibanjiri produk-produk bekas pakai ini. Mulanya, Reuters melakukan penyelidikan dalam program daur ulang sepatu kets tak terpakai untuk pembuatan taman bermain dan lintasan lari di Singapura, yang diinisiasi oleh pemerintah Singapura dan perusahaan kimia asal Amerika Serikat, Dow Inc.
Dalam program daur ulang ini, Reuters menyumbang 11 pasang sepatu. Namun sepatu-sepatu yang sudah dipasang alat pelacak tersembunyi ini justru malah ketahuan berjalan-jalan melintasi lautan hingga sampai di beberapa kota di Indonesia, untuk dipasarkan kembali.
Usut punya usut, ternyata sepatu-sepatu ini bisa sampai ke pasar Indonesia melalui tangan Yok Impex Pte Ltd, eksportir barang bekas Singapura.