Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah meminta pelaku usaha untuk dapat menangkap peluang pendanaan transisi energi dari Just Energy Transition Partnership (JETP) dengan bunga rendah dari sejumlah skema kerja sama ekonomi bilateral yang dibuat dengan beberapa negara mitra.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto berharap sejumlah skema pendanaan yang telah diamankan pemerintah itu dapat terealisasi untuk mendukung upaya transisi di dalam negeri mendatang.
“Khusus untuk Just Energy Transition Partnership harus ditangkap oleh para CEO agar yang US$20 miliar itu betul-betul direalisasikan,” kata Airlangga dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2023, Kamis (28/2/2023).
Airlangga menuturkan salah satu proyek yang bakal ikut disokong oleh pendanaan JETP itu di antaranya proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga air atau PLTA di kawasan industri hijau Kalimantan Utara.
“Salah satunya adalah pembangunan [PLTA] Kayan Hydro,” kata dia.
Selain itu, dia menambahkan, perusahaan asal Jepang juga tertarik untuk melakukan penukaran aset pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara mereka dengan PLTA dan pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT) lainnya di Indonesia.
Baca Juga
"Ada proyek dari Jepang, beberapa trading house untuk menukar PLTU mereka dengan hydro ataupun dengan EBT," kata dia.
Seperti diketahui, Kementerian ESDM bersama dengan Japan Bank for International Cooperation (JBIC) tengah membahas program pensiun dini Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tanjung Jati B Unit 1-4 lewat skema penukaran pembangkit atau swapping dengan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Kayan.
Pembahasan itu sebagai tindaklanjut dari komitmen kedua negara untuk mengurangi emisi karbon lewat komitmen Asia Zero Emission Community (AZEC) yang disepakati pada pergelaran puncak G20 pertengahan November 2022.
Prinsipnya, skema swapping itu dapat mengurangi kapasitas PLTU batu bara yang saat ini berlebih di Pulau Jawa. Apalagi kedua pembangkit itu sama-sama dikembangkan oleh perusahaan asal Jepang, Sumitomo Corporation bekerja sama dengan PLN.
Di sisi lain, Airlangga menambahkan, pelaku usaha juga mesti serius menangkap peluang pendanaan dari Partnership for Global Infrastructure and Investment (PGII) yang bakal berinvestasi US$600 miliar selama 5 tahun ke depan.
“Ini bentuknya equity dan long term investment credit, diharapkan Indonesia bisa mengkapitalisasi kerja sama ini,” kata dia.