Bisnis.com, JAKARTA - Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) mendukung pembangunan apartemen yang menyasar segmen kelas menengah bawah untuk terus digencarkan di kota-kota besar.
Sekretaris Jenderal REI Hari Ganie menerangkan, saat ini, hunian vertikal atau apartemen dapat menjadi solusi bagi para pekerja kelas menengah yang membutuhkan hunian layak dengan harga terjangkau.
"Yang menengah bawah itu kaya di apartemen yang kemarin ribut di Cikarang itu [Meikarta], saya kira itu secara konsep bagus, karena ada 2,3 juta tenaga kerja di sekitar Cikarang itu di kawasan industri," kata Hari saat ditemui di Marketing Office BSD City, dikutip Kamis (23/2/2023).
Adapun, berdasarkan situs Rumah123,com, unit apartemen Meikarta dijual dengan harga unit take over (mengalihkan cicilan dari kredit ke kredit lain) senilai Rp275 juta dengan 2 kamar tidur, 1 kamar mandi seluas 36 meter persegi.
Sementara itu, di situs Rumah.com, Meikarta dijual dengan kisaran harga mulai dari Rp380 juta hingga Rp750 juta. Unit ini menawarkan 3 kamar, 1 kamar mandi dengan luas 69 per meter persegi.
Lebih lanjut, Hari menjelaskan, keperluan apartemen untuk digencarkan karena dapat menjadi solusi kemacetan di DKI Jakarta maupun di kota-kota metropolitan lainnya. Hal ini seiring dengan tren pembangunan kawasan transit oriented development (TOD).
Baca Juga
Merujuk pada TomTom Traffic Ranking data 2021, tingkat kemacetan di DKI Jakarta pada tahun 2021 tercatat sebesar 34 persen, lebih rendah dari 53 persen pada tahun 2019. Data tersebut dapat menjadi dorongan untuk terus melanjutkan pengembangan TOD di beberapa area urban Indonesia, termasuk DKI Jakarta.
Hari menerangkan, para pengembang sepakat untuk melakukan kampanye edukasi kepada masyarakat terkait dengan manfaat dan urgensi tinggal di apartemen. Selama ini, masyarakat Indonesia secara turun temurun memilih rumah tapak ketimbang hunian vertikal.
"Kita akan lakukan kampanye untuk sosialisasi apartemen, itu dirasa perlu. Pemerintah pun punya policy yang support dan kondusif. Semua di kota-kota metropolitan, Jakarta, Surabaya, itu pembangunannya sudah vertikal," jelasnya.
Selain itu, Hari menilai turunnya minat apartemen saat ini juga dikarenakan oversupply unit apartemen yang terjadi sejak tahun 2015 hingga 2023 ini. Dia memastikan, penurunan minat tidak ada hubungannya dengan turunnya kepercayaan masyarakat akibat banyaknya proyek apartemen mangkrak.
"Kemarin itu karena oversupply, jadi gak ada hubungannya sama itu [proyek mangrak]," tegasnya.