Bisnis.com, JAKARTA - PT Waskita Karya (Persero) Tbk. tengah mengalami kesulitan keuangan untuk membayar pinjaman dan obligasi. Perusahaan pelat merah itu bahkan tercatat memiliki utang Rp29,3 triliun.
Di tengah kondisi itu, Waskita masih harus menyelesaikan sejumlah proyek infrastruktur yang saat ini masih dalam tahapan konstruksi.
Emiten berkode saham WSKT itu tengah menyelesaikan proyek jalan tol Jalan Tol Kayu Agung–Palembang–Betung (Kapal Betung), Jalan Tol Bogor–Ciawi–Sukabumi (Bocimi), dan Tol Bekasi-Cawang- Kampung Melayu (Becakayu).
Berdasarkan data monitoring Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR, Jalan Tol Bocimi masih berfokus pada penyelesaian Seksi 2 Cigombong-Cibadak yang konstruksinya mencapai 90,6 persen per Februari 2023.
Sementara itu, untuk progress konstruksi Seksi 3 Cibadak-Sukabumi Barat dan Seksi 4 Sukabumi Barat-Sukabumi Timur masih belum dikerjakan.
Adapun, untuk Jalan Tol Kapal Betung masih menyisakan 2 seksi yakni Seksi 2B Kramasan-Musilandas yang progres konstruksinya 63 persen dan Seksi 3 Musilandas-Betung yang baru mencapai 39 persen.
Waskita juga tercatat tengah menggarap proyek pembangunan infrastruktur dasar di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Pada proyek IKN ini, WSKT memenangkan kontak proyek Jalan Tol IKN Segmen Simpang Tempadung – Jembatan Pulau Balang dan pembangunan Jalan Kerja/Logistik IKN di Kawasan Inti Pusat Pemerintah (KIPP) Paket Pembangunan Jalan Lingkar Sepaku Segmen 4.
Waskita juga memenangkan pembangunan Gedung Sekretariat Presiden dan bangunan pendukung pada Kawasan Istana Kepresidenan IKN. Kemudian, perseroan juga memenangkan proyek pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di KIPP IKN.
Hingga berita ini dibuat, manajemen WSKT masih belum memberikan tanggapan terkait dengan nasib proyek-proyek tersebut.
Seperti diberitakan sebelumnya, Bloomberg melaporkan WSKT tengah mengalami kesulitan membayar utang ke bank-bank BUMN sejak 2021. Kemudian, Waskita melakukan restrukturisasi utang senilai Rp21,9 triliun.
Ada tujuh bank yang terlibat dalam restrukturisasi utang tersebut yakni BNI, Bank Mandiri, BRI, BSI, PT Bank BTPN Tbk. (BTPN), PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. (BJBR), dan PT Bank DKI. Sementara itu, belum lama ini diberitakan bahwa Waskita juga telah menunda pembayaran obligasi yang jatuh tempo pada 23 Februari 2023.
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tengah mendorong penyehatan keuangan untuk dua perusahaan konstruksi yakni PT Waskita Karya (Persero) Tbk. dan PT Hutama Karya (Persero).
Salah satu bank BUMN, yakni PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) tercatat ikut memberikan utang kepada Waskita. "BTN meminjamkan dana ke unit properti Waskita, bukan induknya, dan yakin tentang bisnis real estate itu," kata Wakil Direktur Utama BTN Nixon Napitupulu dikutip dari Bloomberg pada Rabu (22/2/2023).
Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo, menjelaskan pihaknya tengah merestrukturisasi BUMN konstruksi yang tengah mengalami kesulitan keuangan.
Dia menuturkan untuk Waskita saat ini tengah mengalami kesulitan keuangan karena masih berfokus pada proyek-proyek pembangunan jalan tol. Di sisi lain, Waskita tidak memiliki lini bisnis baru yang dapat mendukung penyehatan keuangan.
“Kita lagi restrukturisasi ulang, termasuk obligasi,” ujarnya.
Kartika menambahkan, Kementerian BUMN akan memaksimalkan seluruh opsi yang ada untuk bisa menyehatkan kembali keuangan Waskita dan Hutama Karya.
Menurutnya, opsi penyehatan melalui penyertaan modal negara (PMN) pada tahun ini akan dimaksimalkan untuk kedua BUMN tersebut.
“Mungkin apabila ada ruang jika ada PMN tahun ini kami akan mengutamakan Waskita dan Hutama Karya,” ungkapnya.
Menteri BUMN, Erick Thohir menuturkan, untuk BUMN di sektor jasa infrastruktur secara mayoritas memiliki kondisi keuangan yang sehat.
“Yang masih restrukturisasi ini Waskita, lalu Hutama Karya ini masih melakukan penugasan,” ujar Erick.