Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa seluruh negara di dunia, terutama negara maju masih mengalami tantangan yang sangat berat. Perekonomian global masih dibayangi oleh perlambatan pertumbuhan dan risiko resesi.
Prospek perekonomian global masih dibayangi berbagai risiko, diantaranya tensi geopolitik, ruang fiskal yang relatif sempit, suku bunga yang masih tinggi, hingga tekanan sektor properti di China.
“Sehingga tren melemahnya ekonomi di negara maju masih berlanjut dan kemungkinan akan terjadi resesi juga masih ada,” katanya dalam konferensi pers APBN Kita, Rabu (22/2/2023).
Dia mengatakan perlambatan ekonomi global diperkirakan masih disumbangkan oleh Amerika Serikat (AS), Eropa, dan China meski diproyeksikan membaik sejalan dengan dicabutnya Zero Covid-19 Policy.
“Suasana dunia masih memang dalam kondisi tertekan ekonominya, terutama dimotori oleh negara-negara Eropa yang terkena imbas langsung perang di Ukraina, AS yang juga terlibat perang di Ukraina. Namun, juga pada saat yang sama inflasi di dalam negerinya tinggi,” jelas Sri Mulyani.
Dia menambahkan, pada 2022, perekonomian seluruh negara di dunia tumbuh relatif lebih rendah dibandingkan dengan periode pada 2021.
Indonesia sendiri mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,31 persen pada 2022. Menurut Sri Mulyani pertumbuhan tersebut relatif dalam situasi yang sangat baik jika dibandingkan dengan negara-negara G20.
“Ini adalah sebuah prestasi dan sekaligus menjadi landasan bahwa kita bisa optimistis karena dari sisi perekonomian menunjukkan adanya resiliensi dan momentum pemulihan ekonomi yang sangat kuat,” tuturnya.