Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi zona euro diperkirakan kembali meningkat menyusul inflasi yang mulai menurun dan lebih rendah dari perkiraan pada akhir 2022.
Dilansir dari Reuters pada (13/2/2023), Komisi Eropa memperkirakan pertumbuhan ekonomi di 20 negara yang menggunakan euro akan mencapai 0,9 persen ada 2023, naik dari 0,3 persen yang diperkirakan pada November 2022.
Eropa diperkirakan akan terhindar dari resesi teknis karena pertumbuhan dalam beberapa bulan terakhir 2022 berada di angka 0,1 persen (quarter-to-quarter/qtq). Adapun badan eksekutif Uni Eropa (UE) ini memperkirakan pertumbuhan kuartal I/2023 stagnan.
Komisi Eropa mengatakan ketidakpastian seputar perkiraan itu tetap tinggi, meskipun risiko terhadap pertumbuhan cenderung seimbang.
Komisi Eropa mengungkapkan permintaan domestik diperkirakan meningkat lebih tinggi dari perkiraan jika penurunan harga gas eceran diteruskan ke penurunan inflasi dan kenaikan tingkat konsumsi.
"Meski demikian, potensi pembalikan dari penurunan tersebut tidak dapat dikesampingkan menyusul ketegangan geopolitik yang terus berlanjut," ungkap Komisi Eropa.
Baca Juga
Sampai saat ini, permintaan eksternal juga diperkirakan meningkat setelah pembukaan kembali China yang dapat memicu inflasi global. Namun, kecenderungan resiko terhadap inflasi sebagian besar terkait dengan perkembangan di pasar energi.
Inflasi diperkirakan melambat menjadi 5,6 persen pada 2023 dan 2,5 persen pada 2024, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya sebesar 6,1 persen pada 2023 dan 2,6 persen untuk 2024.
Seperti diketahui, tingkat inflasi zona euro mencapai rekor tertinggi 10,6 persen pada Oktober lalu karena lonjakan harga energi dan makanan yang disebabkan invasi Rusia ke Ukraina.
"Perkiraan ini secara krusial bergantung pada asumsi teknis murni bahwa agresi Rusia ke Ukraina tidak akan meningkat, namun akan terus berlanjut selama jangka waktu perkiraan," tutupnya.