Bisnis.com, JAKARTA - Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) menilai, e-groceries sangat sulit untuk menyaingi grosir offline.
Staf Ahli Hippindo Yongky Susilo bahkan menyebut, 10 tahun mendatang industri grosir masih akan didominasi oleh offline dibandingkan online.
“Grosir online share-nya hanya di bawah 1 persen, jadi kecil. Online sudah terbukti tidak bisa dan sangat susah gantikan offline. Sukamart, grosir online paling lama exist di Indonesia, sudah gugur. E-groceries sangat sukar,” kata Yongky kepada Bisnis, Senin (13/2/2023).
Sebagai informasi, unit usaha baru hasil kolaborasi Transmart dan Bukalapak, Allofresh, semakin gencar mempromosikan aplikasi berbasis online yang memberi pelayanan belanja atau groceries ini. Selain Allofresh, Alfamart, Indomaret, dan Ranch Market juga turut melebarkan sayapnya ke e-groceries.
Kendati demikian, Yongky melihat e-groceries masih stagnan dan sharenya hanya 2 persen. “Alfamart, Indomaret, Ranch Market juga sudah ada.. Tapi stagnan saja, share online-nya 2 persen,” ujarnya.
Di lain sisi, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N. Mandey melihat e-groceries ke depannya akan semakin berkembang. Namun, ini tidak akan menghilangkan kebiasaan konsumen untuk berbelanja secara offline, baik di pasar modern maupun tradisional.
Baca Juga
“Di 2023 ini, pasca pandemi, ini adalah sesuatu yang disebut sebagai kenyataan atau dinamisasi daripada bisnis ritel, dimana ritel semakin digital, retail semakin dipergunakan sebagai sarana penjualan. Kembali lagi, e-groceries akan berkembang tapi offline juga tetap akan dikunjungi. Jadi nanti kedepannya seperti ini,” kata Roy kepada Bisnis, Senin (13/2/2023).
Roy menjelaskan e-groceries merupakan cara berbelanja untuk masyarakat yang penuh dengan kesibukan, kepadatan, hingga tingkat mobilitas yang tinggi. E-groceries pun menjadi pilihan mengingat masyarakat saat ini yang melek digital dan ingin lebih praktis dalam berbelanja.
Menurut data Aprindo di 2022, sebanyak 60 persen masyarakat sudah mulai berbelanja secara offline, baik ke pasar modern maupun tradisional. Sebanyak 25 persen masyarakat memilih untuk tetap berbelanja secara online, dan 15 persen masyarakat memilih hybrid. Hybrid ini, kata Roy, termasuk e-groceries misalnya buy online pickup in store, click and collect, atau park and shop.