Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Curhatan Bimbang Pengembang Rumah Subsidi Kala Harga Jual Tak Naik 3 Tahun

Pengembang rumah subsidi melihat ada plus minus terkait harga jual rumah subsidi yang tak kunjung naik.
Foto aerial salah satu perumahan subsidi di Ciampea, Bogor, Jawa Barat, Senin (6/1/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha
Foto aerial salah satu perumahan subsidi di Ciampea, Bogor, Jawa Barat, Senin (6/1/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Pengembang rumah subsidi dilanda kebimbangan antara keinginan akan kenaikan harga jual atau menahan harga yang berlaku demi mempertahankan daya beli masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

Selama kurang lebih 3 tahun harga jual rumah subsidi tak kunjung disesuaikan pemerintah. Adapun, harga pasar saat ini mau tak mau mengikuti regulasi pemerintah yang tercantum dalam Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kepmen PUPR) No. 242/KPTS/M/2020 pada Maret 2020. 

Padahal, di satu sisi harga bahan baku material terus mengalami kenaikan. Sales Manager Windland Development Alexander mengatakan, kondisi tersebut dapat berdampak pada kualitas bangunan rumah subsidi. 

"Jadi ya kualitas bangunannya ya itu-itu saja karena harganya belum dinaikkan, kalau naik kami lebih senang karena bisa meningkatkan spesifikasi dan kualitas rumah subsidi," kata Alex saat ditemui Bisnis dalam acara Indonesia Properti Expo (IPEX) 2023, Sabtu (11/2/2023). 

Tak hanya itu, Alex menilai hal ini dapat memperlambat konstruksi pembangunan rumah subsidi. Sebab, Alex mengaku kesulitan mencari kontraktor dengan harga yang sesuai untuk menekan ongkos produksi.

Dengan kondisi tersebut, Windland Development pun kini memilih untuk mendorong penjualan rumah komersil 

"Makanya sekarang kami lebih fokusnya untuk jual yang komersilnya, subsidinya tadinya ada 60 persen, sekarang kita fokus untuk yang komersilnya 60 persen dari total unit," kata Alex. 

Di sisi lain, naiknya harga rumah subsidi juga memicu keraguan akan daya beli masyarakat yang melambat karena masih dalam pemulihan pascapandemi.

Kendati demikian, Windland Development optimistis peminat properti rumah subsidi tetap akan tinggi. Pasalnya, kenaikan harga tidak akan berpengaruh banyak kepada konsumen yang memakai kredit pemilikan rumah (KPR). Sementara itu, bagi pengembang kenaikan tersebut sangat diperlukan untuk produksi rumah.

"Peminatnya masih banyak, kalau harga naik dengan KPR itu nggak pengaruh besar, kalau harga mau naik Rp10-20 juta, KPR itu kan cicilan, paling naik cuma sekitar Rp100.000-70.000, tapi untuk pengembang kan Rp10-20 juta gede juga," tuturnya. 

Senada, Konsultan Properti Arrayan Group Andika menerangkan, dengan harga jual rumah subsidi saat ini yang berlaku Rp168 juta di Jabodetabek, artinya perlu ada yang dikorbankan sedikit dalam pembangunan. 

"Dengan harga rumah subsidi yang nggak naik, sedangkan harga material itu kan naik, berarti kualitasnya yang agak diturunin, tapi ada beberapa bagian yang masih dipertahankan," kata Andika ditemui terpisah. 

Di satu sisi, dia memastikan kualitas rumah subsidi pada 2022-2023 ini jauh lebih baik dibandingkan dengan kualitas rumah di tahun-tahun sebelumnya. Salah satunya penggunaan atap yang menggunakan genteng beton. 

Adapun, saat ini pihaknya tengah memasarkan klaster rumah subsidi plus tipe 30/60 di Kedungwaringin, Cikarang, yaitu Grand Cikarang City 2. Pihaknya mengembangkan perumahan tersebut di lahan seluas 265 hektare dengan total 4.000 unit. 

Di tengah progres pengembangan, pihaknya masih berharap pemerintah untuk menahan kenaikan harga mengingat saat ini masih dalam tahap pemulihan ekonomi pascapandemi. 

"Kita kan lagi masa perbaikan ekonomi dari Covid-19 kemarin, malah kalau menurut saya jangan naik dulu karena mungkin penyesuaian dulu," ungkapnya. 

Terlebih, rumah subsidi masih dibutuhkan oleh MBR dengan standar penghasilan Rp6-8 juta per bulan. 

"Kalau masalah harga belum naik-naik selama 3 tahun karena itu kan sudah regulasi, kalau yang regulasi itu kan kita ikut saja sama aturan pemerintah, jadi kalau kata pemerintah naik ya naik, kalau nggak ya nggak," tandasnya. 

Marketing PT Eka Nusa Kreasindo Miswan pun mengaku masih ingin menahan harga jual untuk mengembalikan daya beli masyarakat. Pengembang yang menawarkan rumah subsidi tipe 28/60 seharga Rp168 juta di Ciseeng, Bogor itu juga tidak merasa ada kesulitan dalam tahap konstruksi. 

"Kami justru bersyukur tidak naik karena kalau naik jadinya Rp170 juta sekian. Tapi ternyata mungkin karena Covid dan kondisi ekonomi yang baru stabil, pemerintah belum naikkan. Kami juga sudah ada kontrakator khusus, jadi kalo kontraktor dan developer sudah kerja sama jadi aman," ujarnya.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper