Bisnis.com, JAKARTA – Pengembang aplikasi konferensi video Zoom Video Communications Inc. berencana melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 15 persen dari total karyawan.
Dilansir dari Bloomberg pada Rabu (8/2/2023), CEO Zoom Eric Yuan mengatakan perusahaan akan memangkas sekitar 1.300 karyawan sebagai bagian dari restrukturisasi di tengah perlambatan pertumbuhan.
Yuan mengakui dirinya bertanggung jawab atas masalah perusahaan. Dia juga berencana memotong gajinya sendiri dan tidak menerima bonus.
Yuan mengatakan gaji pokoknya sebesar US$301.731 tahun lalu, akan dipotong 98% dan dia akan menyerahkan bonus perusahaan untuk tahun fiskal saat ini. Total kompensasi yang diterimanya untuk tahun fiskal 2022 mencapai US$1,1 juta, menurut keterbukaan informasi pada Mei 2022.
Selain itu, gaji para eksekutif lainnya akan dipotong sebesar 20 persen.
"Jalur kinerja kami berubah selamanya selama pandemi. Kami tidak meluangkan waktu sebanyak yang seharusnya untuk menganalisis tim kami secara menyeluruh atau menilai apakah kami tumbuh secara berkelanjutan," ungkap Yuan.
Baca Juga
Dia juga menambahkan bahwa jumlah karyawan Zoom meningkat hingga tiga kali lipat dalam dua tahun terakhir.
Pada akhir Januari 2020 sebelum wabah Covid-19 dinyatakan sebagai keadaan darurat nasional di AS, jumlah karyawan Zoom mencapai sekitar 2.500 orang. Sejak saat itu, jumlah karyawannya bertambah sekitar 6.000 orang.
Rasio karyawan yang terdampak PHK ini lebih besar dibandingkan langkah serupa yang dilakukan perusahaan perangkat lunak lainnya, seperti Salesforce Inc, Microsoft Corp, dan Workday In.
Saham Zoom ditutup menguat 9,9 persen ke level US$84,66 di bursa AS pada perdagangan Selasa (7/2) menyusul pengumuman PHK ini. Meskipun begitu, saham Zoom masih anjlok 85 persen dari level tertinggi sepanjang masa pada Oktober 2020 dan sekarang berada di level sebelum pandemi.
Yuan mengatakan meskipun banyak orang dan bisnis masih mengandalkan mengandalkan Zoom untuk melakukan konferensi virtual setelah pandemi, ketidakpastian ekonomi global memengaruhi tren pelanggan.
Setelah mendapatkan jutaan pengguna pada puncak pandemi, Zoom sekarang mencoba keluar dari tren perlambatan pertumbuhan dengan memperluas cakupan ke segmen bisnis.
Zoom melaporkan peningkatan pendapatan hanya satu digit selama dua kuartal terakhir. Analis memproyeksikan bahwa penjualan diperkirakan terus melambat pada kuartal saat ini.
Analis Bloomberg Intelligence John Butler mengatakan langkah PHK ini kemungkinan merupakan upaya untuk mempertahankan atau meningkatkan margin dalam menghadapi perlambatan pertumbuhan.
Persaingan dari layanan kolaborasi Teams milik Microsoft juga menjadi perhatian Zoom dalam beberapa kuartal terakhir.
Dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg bulan lalu, Presiden Zoom Greg Tomb mengakui adanya persaingan tersebut, tetapi mengatakan bahwa perusahaan yang menggunakan Zoom jarang meninggalkan platfornya.
Tomb menambahkan bahwa peluang terbesar perusahaan adalah mendapatkan pelanggan yang sudah ada dengan menggunakan portofolio layanan lainnya, seperti layanan telepon Zoom.