Bisnis.com, JAKARTA - Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) meminta Kementerian Perdagangan (Kemendag) agar menghentikan distribusi minyak goreng kemasan sederhana Minyakita ke pasar ritel modern. Penyaluran minyak goreng besutan pemerintah itu seharusnya hanya disalurkan ke pasar tradisional dan melalui Perum Bulog.
Plt. Ketua DMSI Sahat Sinaga mengatakan bahwa penyebab kelangkaan minyak goreng merek Minyakita dikarenakan peralihan konsumsi mayarakat dari minyak goreng kemasan premium ke Minyakita. Hal itu terlihat dari produksi minyak goreng premium sepanjang 2022 yang turun menjadi 1 juta ton, dari sebelumnya 2021 sebesar 1,22 juta ton.
Dia membeberkan, perbedaan harga yang membuat banyak masyarakat kelas menengah pengunjung ritel modern beralih membeli Minyakita.
“Tahun 2021 produksi masih 1,22 juta ton minyak goreng kemasan premium, 2022 turun ke 1 juta ton. Artinya, di gerai market pindah ke curah dan itu juga yang terjadi sekarang. Itu yang membuat langka, yang punya duit itu lebih baik beli Minyakita daripada minyak premium,” ujar Sahat di Kantor DMSI, Jakarta, Selasa (7/2/2023).
Lebih lanjut, Direktur Gabungan Industri Minyak Nabati (Gimni) itu juga meminta agar pemerintah menugaskan Perum Bulog sebagai distributor untuk menyalurkan Minyakita secara tepat sasaran.
“Bulog kan punya ratusan cabang di daerah untuk distribusi. Kenapa tidak ditugaskan Bulog, sanggup nggak Bulog? Kalau diserahkan ke swasta, yang terjadi selalu seperti ini,” imbuh Sahat.
Baca Juga
Sebelumnya, pemerintah mengumumkan akan meningkatkan kewajiban pasok ke dalam negeri atau domestic market obligation (DMO) untuk minyak goreng sebanyak 50 persen hingga Lebaran nanti. Keputusan ini diambil seiring melonjaknya harga minyak goreng curah, termasuk minyak goreng kemasan sederhana Minyakita.
Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan bahwa salah satu penyebab kenaikan harga minyak goreng adalah akibat berkurangnya pasokan DMO, terutama pasokan Minyakita. Tingginya hak ekspor yang dimiliki oleh para eksportir saat ini dinilai menjadi disinsentif untuk melakukan pasokan DMO di tengah perlambatan permintaan ekspor.
Ketentuan yang berlaku saat ini, rasio kuota hak ekspor produk minyak sawit mentah (CPO) dan produk turunannya adalah enam kali dari DMO CPO dan/atau minyak goreng atau 1:6. Besaran rasio ini sebenarnya telah dipangkas dari ketentuan sebelumnya yang sebesar 1:8.
"Untuk itu saya menggelar rakor hari ini bersama kementerian/lembaga terkait dengan para produsen minyak goreng. Kami menyepakati peningkatan pasokan DMO oleh produsen minyak goreng sebanyak 50 persen hingga memasuki masa Lebaran nanti," ujar Luhut melalui akun Instagramnya @luhut.pandjaitan, Senin (6/2/2023).
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas memastikan Minyakita akan kembali membanjiri pasaran dengan harga normal dalam dua pekan ke depan.
“Saya sudah panggil semua stakeholder yang terkait, dan sudah teken untuk menaikan suplainya dari sebelumnya hanya 300.000 ton per bulan tambah 50 persen jadi 450.000 ton sebulan,” ujar Zulhas, di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Selasa (31/1/2023).
Oleh sebab itu, Zulhas menegaskan kepada masyarakat untuk tidak khawatir terkait permasalahan kelangkaan Minyakita. Dia berjanji minyak subsidi tersebut akan membanjiri pasar dalam dua pekan kedepan.
“Karena untuk dalam negeri sudah di tambah separuh, dan semoga dalam dua minggu lagi sudah banjir,” ujarnya.