Bisnis.com, JAKARTA - Nilai investasi industri makanan dan minuman (mamin) diprediksi akan mengalami kenaikan sekitar 20 persen tahun ini, seiring permintaan yang meningkat setelah meredanya pandemi Covid-19.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi Lukman menyebutkan, kenaikan 20 persen itu terdiri dari penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan penanaman modal asing (PMA).
“Perkiraan saya 20 persen totalnya pasti bisa [PMDN dan PMA],” ungkap Adhi kepada Bisnis pada Jumat (27/1/2023).
Adhi menyebut optimismenya ini didorong oleh peningkatan nilai investasi pada 2022 lalu. Menurutnya, nilai investasi PMDN industri mamin meningkat 107 persen mencapai Rp54,9 triliun dari Rp26,5 triliun pada 2021.
Sehingga Adhi meyakini, industri mamin bisa menggaet banyak investor tahun ini. Lalu untuk PMA, pada 2022 lalu, meningkat 3,75 persen dari US$2,3 miliar menjadi US$2,4 miliar.
“PMA meningkat kira-kira 3,75 persen, saya kira semua meningkat dan cukup bagus, makanya banyak perusahaan-perusahaan yang akan masuk ke Indonesia untuk di industri makanan dan minuman seperti itu,” tambah Adhi.
Baca Juga
Sebaliknya, Adhi menuturkan justru pada 2024 mendatang, minat investor akan sedikit berkurang lantaran bertepatan dengan tahun politik.
“Tahun 2024 itu tahun Pemilu ya, tahun pemilu biasanya sih [investasi] agak-agak sedikit rem ya, [tapi] penjualan naik,” tuturnya.
Lebih lanjut Adhi menjelaskan, investor akan kembali menggandrungi perusahaan-perusahaan di industri yang digawanginya tersebut, setelah pesta demokrasi berakhir.
“Saya melihat biasanya mereka akan melihat situasi, menunggu sampai selesai pemilu, baru mereka percepat lagi ini [investasi],” lanjut Adhi.
Sebelumnya, Adhi menyebut, industri ini akan mengalami pertumbuhan 5 persen pada 2023. Dia juga menilai industri ini cukup prospektif jika dibandingkan dengan industri lain, di tengah permasalahan pemulihan ekonomi pasca pandemi serta permasalahan pasar ekspor akibat ketidakstabilan kondisi geopolitik.
Hal ini lantaran adanya kesempatan untuk mengekspansi pasar-pasar ekspor di negara-negara yang kehilangan pemasoknya. Misalnya Singapura yang kehilangan Malaysia sebagai pemasok ayam, memutuskan untuk memasok ayam dan ayam olahan dari Indonesia.
Adhi juga pernah mengungkap, tingginya permintaan di industri ini, menurutnya menjadi faktor yang dapat membuat investor semakin membuka mata untuk menanamkan modal di sektor ini.