Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyebutkan Middle East and North Africa (MENA) memang menjanjikan untuk peluang pasar ekspor baru bagi sejumlah produk industri Indonesia.
Lantaran, MENA kini sedang diuntungkan oleh meroketnya harga minyak mentah serta gas bumi yang naik tajam, sehingga pertumbuhan ekonominya relatif positif.
“Tapi yang menarik itu pasar MENA itu, jadi kalau di pasar Timur Tengah, itu ada limpahan likuiditas karena mereka diuntungkan dari bonanza [sumber keuntungan] harga minyak mentah yang naik tajam, migas yang naik tajam, sehingga mereka ini sekarang sedang menjadi kawasan yang kaya yang pertumbuhannya relatif masih positif,” kata Bhima kepada Bisnis pada Jumat (20/1/2023).
Tidak heran jika pasar MENA tengah menjadi perhatian berbagai sektor industri dari berbagai negara, untuk menjadi pasar ekspor baru, setelah melemahnya permintaan dari negara-negara yang terdampak perang Rusia-Ukraina.
Akan tetapi, untuk menyasar pasar MENA ini, Bhima menyebut, ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi oleh sejumlah industri di Indonesia, agar produk yang dipasarkan bisa diterima dengan baik disana.
Menurut Bhima, buku pedoman ekspor ke Timur Tengah tentu berbeda dengan pengapalan ke Amerika Serikat ataupun Eropa, sehingga membutuhkan ilmu baru yang relevan.
Baca Juga
“Kalau kita bisa menyasar pengalihan ekspor ke Timur Tengah, tentu buku intelijen pasar produknya, apa yang dibutuhkan kemudian di pasar Timur Tengah juga butuh channel distribusi logistik yang berbeda,” tambah Bhima.
Lebih lanjut, Bhima menerangkan, dalam hal ini, juga termasuk mempelajari produk yang dibutuhkan di negara-negara tujuan ekspor, seperti menyesuaikan spesifikasi produk yang berkaitan dengan gaya masyakarat disana.
“Spesifikasi produknya sama-sama baju misalnya dikirim ke Amerika dengan dikirim ke Timur Tengah Arab Saudi tentu style-nya beda lain, nah itu yang harus dipelajari oleh pelaku ekspor,” lanjut Bhima.
Seperti yang diberitakan Bisnis sebelumnya, industri furnitur menyasar Timur Tengah sebagai emergency market atau pasar ekspor baru setelah lesunya permintaan dari Amerika Serikat dan Eropa yang terdampak perang Rusia-Ukraina.
Tidak hanya itu, industri kecil menengah (IKM) alas kaki juga diarahkan untuk membidik pasar Timur Tengah, Asia Selatan serta Afrika sebagai upaya pertahanan menghadapi resesi tahun 2023.