Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sentimen DMO Australia, Ini Proyeksi Ekspor Batu Bara Indonesia

Indonesian Mining & Energy Forum (IMEF) menjelaskan proyeksi ekspor baru bara Indonesia kendati ada sentimen DMO Australia.
Proses pemuatan batu bara ke tongkang di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (13/10/2021). Bloomberg/Dimas Ardian
Proses pemuatan batu bara ke tongkang di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (13/10/2021). Bloomberg/Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA — Indonesian Mining & Energy Forum (IMEF) memproyeksikan permintaan batu bara dari Indonesia akan tetap tinggi tahun ini.

Proyeksi itu turut ditopang oleh kuota ekspor batu bara yang dipatok tinggi di level 517,7 juta ton atau naik 4,11 persen dari rencana ekspor 2022.

Ketua IMEF Singgih Widagdo mengatakan China dan India bakal tetap menjadi pasar terbesar bagi batu bara Indonesia dengan porsi pengiriman mencapai 54 persen setiap tahunnya. Sementara pasar Eropa diproyeksikan bakal tetap tertahan di kisaran 6,5 juta ton pada tahun ini.

“Justru yang cukup memberikan pengaruh jika China membuka keran Kembali impor batu bara Australia, tentu akan memberikan pengaruh terhadap pasar batu bara Indonesia,” kata Singgih saat dihubungi, Jumat (20/1/2023).

Singgih mengatakan perusahaan domestik mesti dapat mengoptimalkan pasar ekspor lantaran pertumbuhan konsumsi batu bara domestik yang masih konservatif tahun ini.

Kendati demikian, dia memastikan, manuver Australia yang belakangan ingin menerapkan kebijakan wajib pasok pasar domestik atau domestic market obligation (DMO) tidak bakal banyak menggeser lanskap pasar komoditas emas hitam itu di pasar global.

Berdasarkan data produksi batu bara Australia yang berkisar 590 juta setiap tahunnya, penggunaan untuk pasar domestik berada di kisaran 129 juta ton. Adapun, alokasi ekspor steam coal Australia di pasar dunia sekitar 196 juta ton.

Langkah Pemerintah Australia yang akan mengimplementasikan kebijakan DMO pada dasarnya tidak memberi pengaruh besar terhadap pasar batu bara dunia, baik pasar Atlantik maupun pasar Pasifik,” kata dia.

Seperti diberitakan sebelumnya, Pemerintah Negara Bagian Australia berencana menerapkan skema baru perdagangan batu bara, dimana penambang lokal perlu menyisihkan antara 7 persen hingga 10 persen untuk cadangan dalam negeri.

Dikutip dari Bloomberg, Kamis (19/1/2022), New South Wales (NSW), negara bagian terpadat dan penghasil batu bara terbesar kedua setelah Queensland, akan menelurkan beleid yang mengatur pembatasan tersebut. Kebijakan ini mirip dengan domestic market obligation (DMO) yang diterapkan juga di Indonesia.

Menteri Keuangan NSW Matt Kean mengatakan pihaknya tengah berupaya menutupi kekurangan cadangan sekitar 4 juta ton, atau sekitar 2,5 persen dari proyeksi ekspor batu bara tahun ini.

"Saya tahu mereka yang saat ini menyuplai batu bara untuk pasar lokal akan mengapresiasi bahwa perusahaan yang menikmati keuntungan jumbo setelah perang di Ukraina, akan berkontribusi ke pasar domestik. Pengaturan baru ini akan membantu [menyeimbangkan] persaingan di antara produsen batu bara," jelasnya.

Di sisi lain, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan penjualan ekspor batu bara tahun ini dapat mencapai di angka 517,7 juta ton atau naik 4,11 persen dari rencana ekspor 2022.

Target itu dipatok seiring dengan permintaan yang diprediksi tetap menguat dari sejumlah pasar tradisional seperti India dan China.

Di sisi lain, permintaan dari pasar non-tradisional seperti sebagian negara Eropa juga masih tetap tinggi hingga awal tahun ini.

“Target penjualan ekspor tahun ini jadi 517,7 juta ton,” kata Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu Bara Lana Saria saat dihubungi, Jumat (20/1/2023).

Porsi ekspor itu berasal dari rencana produksi yang diputuskan naik ke angka 694,5 juta ton. Rencana produksi itu terbilang optimis mengikuti realisasi tahun sebelumnya yang melampaui target. Saat itu realisasi produksi batu bara mencapai 684,87 juta ton dari rencana awal yang ditetapkan sebesar 663 juta ton.

Di sisi lain, alokasi wajib pasok pasar domestik atau domestic market obligation (DMO) ditingkatkan ke level 176,8 juta ton. Target itu naik dari rencana DMO tahun lalu yang berada di kisaran 165,75 juta ton. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper