Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia dan Malaysia sebagai produsen sawit terbesar di dunia harus kompak dalam mengendalikan pasar CPO termasuk dalam menghadapi Uni Eropa.
Direktur Segara Institute Piter Abdullah Redjalam mengatakan jika kedua negara kompak, maka akan mendapatkan keuntungan yang besar, terutama dalam menghadapi Eropa.
“Kalau Indonesia dan Malaysia kompak mengatur supply CPO, termasuk dengan menghentikan ekspor CPO ke Eropa, harga CPO akan terjaga tinggi. Eropa akan kehilangan pasokan CPO. Industri mereka [akan] terganggu,” ujar Piter kepada Bisnis, Kamis (12/1/2023).
Selain itu, dia menegaskan Indonesia tak perlu takut akan digugat ke Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO). Pasalnya, lanjut dia, CPO ditolak oleh Uni Eropa dengan alasan lingkungan.
Lebih jauh, jika Indonesia memblokir CPO ke Uni Eropa, maka tidak ada alasan untuk Uni Eropa menggugat ke WTO.
“Itu kan memang keinginannya Eropa, nggak usah khawatir dengan WTO,” jelasnya.
Baca Juga
Malaysia baru-baru ini tengah mempertimbangkan untuk menghentikan ekspor CPO ke Uni Eropa, sebagai tindakan balasan terhadap aturan deforestasi Uni Eropa yang diberlakukan pada awal Desember lalu.
“Malaysia, produsen minyak sawit terbesar kedua di dunia akan mempertimbangkan untuk menghentikan ekspor ke Uni Eropa sebagai pembalasan atas peraturan deforestasi baru blok tersebut,” kata Wakil Perdana Menteri Malaysia Fadillah Yusof, melansir Bloomberg, Kamis (12/1/2023).
Menurutnya, peraturan tersebut adalah tindakan untuk menutup akses pasar CPO. Malaysia sendiri berencana untuk berdiskusi dengan Indonesia mengenai opsi penghentian pengiriman CPO ke Uni Eropa.
“Itu adalah salah satu opsi bagi kami, tetapi kami harus berdiskusi dulu dengan Indonesia,” ujarnya.
Fadillah Yusof yang juga merupakan Menteri Perkebunan dan Komoditas Malaysia menilai, kerja sama yang kuat antar kedua negara menjadi sangat penting untuk mengatasi hambatan perdagangan dan kampanye negatif terhadap minyak sawit.
“Kita akan memiliki satu suara yang lebih kuat jika kita bergandengan tangan dengan Indonesia,” pungkasnya.