Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom Proyeksikan The Fed Bakal Kerek Suku Bunga hingga 5,5 Persen, Kenapa?

Tiga ekonom asal Chicago memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan hingga 5,5 persen dan mempertahankannya dalam waktu yang cukup lama.
Gedung Federal Reserve Marriner S. Eccles di Washington, D.C., AS, Selasa, (23/8/2022). Bloomberg/Graeme Sloan
Gedung Federal Reserve Marriner S. Eccles di Washington, D.C., AS, Selasa, (23/8/2022). Bloomberg/Graeme Sloan

Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom asal Chicago, Amerika Serikat, memproyeksikan Federal Reserve atau The Fed akan kembali mengerek suku bunga hingga 5,5 persen seiring dengan tren inflasi yang masih tinggi.

Randall Kroszner, Ekonom University of Chicago dan mantan anggota dewan gubernur The Fed, menyampaikan bahwa suku bunga acuan akan mencapai poin tertinggi di level 5,5 persen dan akan bertahan dalam waktu yang lama, meski nantinya inflasi menurun. 

“Saya pikir The Fed akan menahan, dan menahan untuk sementara waktu. Inflasi akan turun 200 basis poin sepanjang tahun [2023], mungkin 300 basis poin, tetapi the Fed akan mempertahankan suku bunga di 5,5 persen," ujarnya seperti dikutip Bloomberg, Rabu (11/1/2023). 

40 tahun lalu atau pada 1970an, ketika inflasi di Amerika Serikat juga memuncak, The Fed terus melonggarkan kebijakan moneter ketika inflasi melambat, yang pada akhirnya inflasi naik lagi. 

Akibatnya, bank kehilangan kredibilitas sebagai alat yang efektif untuk mengendalikan harga dan terpaksa menaikkan suku bunga jauh di atas 10 persen. 

Namun, fakta bahwa ekspektasi inflasi tetap terkendali berarti bank sentral AS dapat mengambil kebijakan yang lebih terukur.

“Itulah perbedaan besar antara akhir 1970-an, awal 1980-an, dan hari ini. The Fed tidak kehilangan kredibilitasnya di pasar, jadi tentu saja perlu menaikkan suku bunga, tetapi tidak perlu menaikkan suku bunga sebanyak yang mereka lakukan saat itu,” ujarnya. 

Sebagaimana diketahui, inflasi pada 2022 melonjak ke level tertinggi dalam 40 tahun terakhir karena permintaan global untuk barang dan jasa pulih seiring terkendalinya Covid-19 serta kondisi perang di Ukraina yang membuat pasar komoditas terganggu. Saat harga telah turun sejak itu, inflasi tetap jauh di atas target 2 persen The Fed.

“The Fed tentu saja telah memperkirakan bahwa mereka berada di atas target, tetapi pertanyaannya adalah, untuk berapa lama harus mengetat, dan berapa lama harus tetap ketat?” tanya Raghuram Rajan, gubernur Reserve Bank of India dari 2013 hingga 2016.

Pejabat The Fed menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada Desember 2022 ke kisaran target 4,25-4,5 persen dan memproyeksikan median suku bunga mencapai 5,1 persen pada 2023. 

Kenaikan suku bunga kemungkinan akan menghasilkan resesi ringan pada akhir 2023. Wenxin Du, Professor of Finance, University of Chicago Booth School of Business, memperingatkan bahwa resesi hanya akan berlangsung singkat, sementara Rajan yakin The Fed akan sangat berhati-hati agar tidak disalahkan karena merekayasa resesi.

Krosznet mengatakan mempertahankan suku bunga lebih tinggi bahkan saat inflasi mulai turun adalah salah satu alat yang akan digunakan The Fed untuk mempertahankan suku bunga riil lebih ketat sampai tren penurunan jelas terlihat.

Mereka melihat bahwa alasan The Fed mempertahankan suku bunga tinggi meski nantinya inflasi turun, untuk mencegah inflasi bangkit kembali, agar tidak terjadi lagi peristiwa seperti 40 tahun lalu.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper