Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengembang China PHK 90 Persen Karyawan Imbas Krisis Properti

Pengembang berskala kecil di China terpaksa memangkas tenaga kerja hingga 90 persen.
Gedung perkantoran di China - Istimewa
Gedung perkantoran di China - Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Selama dua tahun terakhir, China dilanda krisis properti. Akibatnya, banyak proyek mangkrak dan pengembang terlilit utang besar. Tak heran, di awal 2023 banyak pengembang yang memangkas tenaga kerja demi mempertahankan perusahaannya.

Dikutip dari Bloomberg, Kamis (5/1/2023), salah satu pengembang yang telah memangkas tenaga kerjanya yakni Sichuan Languang Development sebagai pengembang bangunan tempat tinggal dan perkantoran yang berbasis di barat daya kota Chengdu.

Languang telah memangkas sekitar 90 persen tenaga kerjanya sejak awal 2021 dan melaporkan kerugian yang masih harus dibayar sebesar 11,7 miliar yuan (US$1,7 miliar) pada kuartal III/2022.

Direktur Sichuan Languang Development, Yang Wuzheng, mengatakan sebelumnya, pihaknya telah menjual aset dan mendekati berbagai perusahaan real estat yang lebih besar serta calon investor lainnya untuk mencari dana talangan, tapi tidak berhasil.

"Pada dasarnya, banyak dari kami yang mencoba memenangkan waktu. Saat ini tujuannya hanyalah untuk mempertahankan tim kami bersama-sama sambil mengeksplorasi jalan ke depan, apakah itu akan berupa restrukturisasi, investasi strategis, atau perputaran pasar,” ujarnya, dikutip dari Bloomberg.

Sejak pertengahan 2020, pemerintah China berupaya mengurangi risiko krisis properti dengan langkah-langkah seperti pembatasan pinjaman ke bank oleh pengembang yang gagal memenuhi target keuangan. Bagi banyak perusahaan kecil dan menengah, langkah ini sangat brutal.

Dari ribuan staf yang meninggalkan Languang, pemecatan termasuk pada beberapa manajer senior. Kini, banyak dari mereka yang meninggalkan industri properti. Beberapa telah membuka restoran atau menjadi pengemudi ride-sharing, sedangkan yang lain menganggur.

Untuk mengendalikan biaya operasional perusahaan, Languang mencoba mengakali hal-hal kecil seperti mencetak di kedua sisi, kantor hanya ber-AC pada sebagian waktu dan jamuan makan mewah menjadi aktivitas langka.

Namun, Yang mengatakan perusahaan telah memulai kembali lebih dari 90 persen proyek perumahan yang terhenti dengan bantuan mediasi pemerintah daerah.

Analis Senior Kredit Creditsights Singapore, Zerlina Zeng, mengatakan pengembang berskala kecil juga penting untuk dipertahankan demi kesehatan sektor hulu dan hilir serta pertumbuhan ekonomi.

“Beberapa pemain regional adalah peserta kunci dalam penjualan tanah lokal, dan karenanya penting bagi kondisi fiskal pemerintah daerah,” jelasnya.

Sebelumnya, krisis properti China terjadi karena jalur kredit yang semakin sulit untuk diakses dan penjualan rumah merosot di bawah bayang-bayang Covid-19. Banyak pengembang, termasuk raksasa industri seperti China Evergrande Group terpaksa melewatkan pembayaran atau menghentikan konstruksi pada beberapa proyek.

Evergrande, korban paling terkenal dari krisis tersebut, telah berjanji untuk membayar utang pada 2023 setelah berulang kali menunda rencana restrukturisasi yang sangat dinantikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper