Bisnis.com, JAKARTA – Setelah melakukan impor beras sebanyak 200.000 ton pada akhir 2022, stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) Perusahan Umum Badan Usaha Logistik (Perum Bulog) per hari ini, Selasa (3/1/2023), berada di level 765.000 ton.
Sekretaris Perusahan Perum Bulog, Awaludin Iqbal, menyampaikan bahwa jumlah tersebut merupakan stok beras yang saat ini dikuasai Perum Bulog, termasuk 500.000 ton beras impor yang masih dalam perjalanan menuju pelabuhan-pelabuhan di Indonesia.
“Stok CBP yang dikuasai Bulog saat ini adalah 765.000 ton, ditambah beras komersial 9.000 ton. Total stok Bulog 774.000 ton,” kata Iqbal, Selasa (3/1/2023).
Iqbal menyampaikan terkait target mendatangkan 200.000 ton beras pada Desember 2022, saat ini sudah seluruhnya masuk ke Indonesia. Namun, pasokan tersebut belum semuanya masuk ke gudang Perum Bulog karena terkendala cuaca sehingga menghambat proses pembongkaran barang.
“Memang ada kendala karena ombak dan curah hujan tinggi sehingga sebagian kecil kapal beras impor ini belum berlabuh,” ujarnya.
Artinya, apabila stok 500.000 ton yang masih dalam perjalanan tidak masuk dalam perhitungan, jumlah stok CBP saat ini hanya sekitar 265.000 ton atau 22 persen dari stok batas minimal di angka 1,2 juta ton.
Isu stok beras menipis dalam beberapa bulan terakhir menjadi sorotan karena sebelumnya ada perbedaan data stok dan pasokan antar stakeholders.
Untuk itu, pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) bersama Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian), Kementerian Pertanian (Kementan), dan Kementerian Perdagangan mempersiapkan pelaksanaan survei stok beras nasional akhir 2022.
Langkah tersebut dilakukan demi mendapatkan data stok beras nasional yang lebih terbaru dan sesuai dengan kondisi di lapangan untuk menjaga akurasi arah kebijakan beras nasional di akhir 2022 dan 2023.
Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, mengatakan survei stok beras nasional merupakan bagian penting dalam penguatan tata kelola pangan khususnya terkait pengelolaan perberasan nasional, mengingat survei ini akan menghasilkan data stok beras di akhir 2022 yang digunakan sebagai acuan bagi perhitungan prognosa neraca pangan 2023.
Survei juga telah dilakukan secara serentak pada 31 Desember 2022 di 34 provinsi dan 470 kabupaten/kota dengan melibatkan 1.369 enumerator.
“Pendataan dilakukan untuk mengetahui stok beras secara nasional yang ada di rumah tangga (produsen dan konsumen), penggilingan, pedagang, horeka, dan industri penyedia makan minum,” kata Arief dalam keterangan resmi, Jumat (30/12/2022).
Mengenai penentuan jumlah kabupaten dan jumlah sampel ditetapkan sesuai mekanisme BPS, dengan total sebanyak 32.235 sampel yang terdiri dari 5.989 rumah tangga produsen, 5.033 rumah tangga konsumen, 3.756 penggilingan, 2.970 pedagang besar sedang, 4.100 pedagang mikro kecil, 1.500 hotel, 6.063 katering, 600 industri besar sedang, dan 2.224 usaha Industri menegah kecil.
Arief mengungkapkan bahwa data hasil survei tersebut akan dirilis BPS pada pertengahan Januari 2023.